Rabu, 21 April 2010

Ayah Sang Superstar

(temanku men-tag ku di notes yang ditulis di sebuah jejaring sosial. buatku, tulisan itu sungguh sungguh dalam maknanya. karena itulah, aku ingin berbagi disini. terima kasih buat temanku yang sudah memberi izin untuk 'copas'...)




Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang

bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar

negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu

setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan

Mama untuk menelponmu?



Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu

bercerita atau berdongeng,tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja

dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu

dan apa yang kau lakukan seharian?



Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di

sepedamu...

Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda

bantunya" ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu

mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.



Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru,

Mama menatapmu iba.Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita

beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak

yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?



Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit

membentak dengan berkata :"Sudah di bilang! kamu jangan minum air

dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.



Ketika kamu sudah beranjak remaja....

Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa

bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa

berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting

pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah

Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak

dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS

menjagamu?



Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke

rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia....

:')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di

ruang tamu..Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?



Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan

untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam

malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang

dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras

dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan

segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"



Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang

Dokter atau Insinyur.Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa

itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai

dengan keinginan Papa



Ketika kamu menjadi gadis dewasa....

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu

untuk berhati-hati. .Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan

memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan

menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi

dewasa.



Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu,

orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.Papa pasti berusaha

keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya

yang lain.



Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu

ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti

Papa belikan untukmu".Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal

membuat anaknya tersenyum?



Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang

tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada

Papa untuk mengambilmu darinya.Papa akan sangat berhati-hati memberikan

izin..Karena Papa tahu.....Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan

posisinya nanti.

Dan akhirnya....



Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki

yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang

panggung sebentar, dan menangis?Papa menangis karena papa sangat

berbahagia, kemudian Papa berdoa....



Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah

selesai dengan baik....

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....

Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."



Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya

yang sesekali datang untuk menjenguk...Dengan rambut yang telah dan

semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Papa telah menyelesaikan tugasnya....



bokap,Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...Bahkan ketika dia tidak

kuat untuk tidak menangis...Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin

memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA"

dalam segala hal..membuat kebanggaan…n sungguh sangat berarti…





bokap papa ayah abah emang superstar bukan…..apalagi nyokap, mama, ibu qta

Senin, 12 April 2010

tergelitik

hari ini aku mendengar sesuatu
dari bibir seseorang yang aku ga pernah ngira, bakal ngomong seperti itu

"permudahlah urusan orang lain.....dan mudah-mudahan urusan kita pun dipermudah"

mungkin bagi sebagian (besar orang), kalimat seperti ini meaningless.

tapi entah kenapa,
mendengar kalimat ini hari ini,
aku jadi tergelitik dan berpikir,.......

gimana sih aku sehari-hari dalam melakukan sesuatu (urusan)? apalagi yang berkaitan dengan orang lain...

kadang disadari atau tidak,

kita semua cenderung memiliki pola pikiran " ME FIRST"

so self centered......

bener ga sih?

KEPERGIAN ANGIN

Terdengar suara mengetuk-ngetuk lembut daun jendela rumah Si Kerdil.

Siapakah gerangan? di tengah hari begini…Si Kerdil bertanya-tanya dalam hati. Lalu, ia pun berjalan menghampiri jendela Daun jendela berkelepak-kelepak pelan. Rupanya, teman lama singgah untuk menyapa.

Hai Angin, apa kabar?” tanya Si Kerdil dengan penuh semangat. “Ada kabar apa dari negeri di seberang?” sambungnya lagi.

Angin bersiul penuh semangat.

Begitukah? sepertinya petualangan yang menyenangkan..rupanya kau sudah jauh berkelana yah…” kata Si Kerdil lagi.

Angin kembali melanjutkan ceritanya, bersiul, berdesir, seakan menari berputar-putar.

Tapi kemudian, berhembus pelan.

Ah..Angin, sudah hendak pergi lagi kah? tapi…” Si Kerdil menunduk tercekat, tak mampu selesaikan perkataannya. Tak rela rasanya, angin baru saja singgah sejenak.

Angin berdesir pelan, lembut terpa pipi Si Kerdil.

Baiklah..baiklah..aku mengerti. Lain kali, singgahlah lebih lama. Sedikit lebih lama saja…supaya kau bisa cerita lebih banyak tentang negeri yang kau datangi..”

Lalu Angin bertiup perlahan, menyelubungi Si Kerdil, memenuhi udara dengan hawanya. Kemudian, Angin pun berhembus; membawa daun-daunan yang jatuh berguguran melayang-layang ringan.

Sehelai daun melayang-layang ringan, lalu jatuh di telapak tangan Si Kerdil. Si Kerdil diam menatap daun yang tergeletak di telapak tangannya itu, sambil menyaksikan kepergian Angin.
Dalam hati ia berdoa, semoga takdir mempertemukan mereka kembali,
walau entah kapan…

Sebelum Terlelap…


Ngantuk….
Bisik Si Kerdil di dalam hati. Kelopak matanya berkejap-kejap pelan. Ia palingkan muka menuju jendela kamarnya. Dari sana, ia memandang langit biru.
Sore ini cerah, pikirnya. Tadi siang, matahari berinar terik…Tapi, kemarin sore, matahari bermain petak umpet. Sore pun menjadi mendung.
Kenapa harus ada mendung?
Kenapa harus ada cerah?
dalam hatinya, Si Kerdil bertanya-tanya.
Mungkin karena,
tanpa ada mendung, kita tak bisa merasakan nikmatnya cerah. Juga, tanpa ada cerah, kita tak bisa memaknai mendung….begitu pikirnya.
Matanya kembali berkejap-kejap. Ia palingkan mukanya dari jendela kamar. Pikirannya terus menerawang, sementara perlahan matanya mulai terpejam.
Ia benar-benar mengantuk!

Senandung Sore


Sore begitu cerah.

Mentari lembut bersinar, angin pun bertiup pelan. Si Kerdil menghirup nafas dalam-dalam, memenuhi paru-parunya dengan segarnya udara sore. Dikelilingi suasana yang begitu nyaman, hatinya tergelitik untuk ungkapkan rasa. Maka, menyanyilah ia, bersenandung sendiri. Sambil menatap birunya langit, ia nikmati saja kesendirian sementara udara menggemakan senandungnya.
Tak lama kemudian, datanglah seorang teman. Pertama-tama teman hanya merebahkan diri, duduk di sebelahnya tanpa berkata-kata. Tapi, sejurus kemudian, teman ikut bersenandung bersama si kerdil. Si kerdil terkejut, ia terdiam. Ia pun lalu menatap teman dengan sorot mata bertanya-tanya. Tapi teman hanya balas menoleh padanya, tersenyum, sambil terus bersenandung.
Sejenak si kerdil bingung. Tapi ia lalu teruskan bersenandung. Menyanyikan lagu yang sama bersama teman. Memang, pada awalnya Si Kerdil merasa sedikit terusik dengan kehadiran teman yang tiba-tiba saja ikut bersenandung bersamanya. Selama ini, bersenandung dalam kesendirian cukup menyenangkan baginya. Tapi ternyata, bersenandung bersama teman terbukti lebih mengasyikkan…

being an adult is no fun?

"anak-anak bisa melihat mimpi dan harapan, sedangkan orang dewasa melihat kenyataan...melihat kenyataan itu sangat menyakitkan. tapi, kita tidak bisa berpaling"

begitulah kutipan dari sebuah buku yang pernah kubaca. 
benarkah ketika kita beranjak dewasa kita tidak lagi melihat mimpi-mimpi serta harapan?

"saat kita kecil,waktu terasa panjang dan penuh"

begitulah ungkapan yang pernah kudengar. 
ketika kecil, hari-hari seakan terasa lambat berlalu. 
24jam dalam sehari cukup untuk kita melakukan segala aktivitas; belajar, bermain, makan, tidur....
tapi kini, yang lebih sering kita ucapkan 
"duh..Kok uda jam segini lagi sih..Mana ini belum beres..Itu belum kelar"


susahnya jadi orang dewasa! 
(padahal waktu kecil dulu inginnya cepet gede)

betulkah being an adult is no fun?

Terima Kasih, Ira :D


hampir tengah malam.


masih saja kupencet-pencet tuts keyboard yang menjelang dadas

setumpuk buku mejeng dengan rapi disamping layar netbook
berikut sederet tugas yang masih ngantri buat segera dikerjakan

tapi,

tetep aja ujung-ujungnya blogging lagi hehehehe

huuuuuuuufhhhh.....

media player pun kunyalakan, dengan segera mengalun lagu dari The Panas Dalam

Cita-citaku ingin menjadi Polwan
Mana mungkin aku Hanya lelaki
Oh Tuhan tolong hambamu
Aku tak sudi jadi Bapak Polwan.....


halah, opo ikiiiiiiiiiiii????!! 

tapi yang jelas tawaku lepas karenanya

terima kasih Ira, teman seperjuangan sepeminjaman buku hehehe

atas suplai lagu-lagunya, 

the panas dalam yang mampu meluruhkan penat yang mulai berkerak


baiklah, sekarang marilah kembali ke jalan yang benar!













menilai seseorang

Kamu tahu?
ternyata ngga mudah menilai seseorang dengan berimbang

seringkali,
kita dipengaruhi subjektivitas pribadi ketika menilai seseorang,
bahkan terkadang memakai subjektivitas orang lain sebagai tolak ukur

saat kita sedang tergila-gila pada seseorang
ketika kita mengidolakan, mengagumi, menyukainya....
kita cenderung menilainya dari satu sudut pandang 
hanya sisi positifnya saja yang terlihat oleh kita
hanya kebaikan dirinya yang nampak di mata;
sehingga kita lupa,
bahwa diapun punya sisi lain dibalik segala kemilau yang membutakan mata kita

saat kita membenci,
tidak menyukai seseorang
kita juga cenderung menilai dari satu sudut pandang
saat itu yang kita ingat hanya hal-hal yang tidak menyenangkan tentangnya
bahkan terkadang mengingat wajahnya pun kita enggan
hal-hal buruk saja yang terkenang di benak
sehingga kita lupa, dibalik semua itu dia pun punya sisi lain
sisi lain yang tak nampak akibat kita gelap mata  

jika kita mau melihat semua dengan berimbang,
sesungguhnya setiap orang punya nilai tersendiri
yang satu mungkin punya kekurangan di satu sisi,
tapi keunggulan di sisi lain;

karena sesungguhnya ngga ada manusia yang sempurna.