Selasa, 06 Juli 2010

courage and truth

seorang teman pernah berkata,
lebih baik mengetahui 'kebenaran' dan mendengar pembicaraan yang jujur dibanding selamanya harus menutup-nutupi sesuatu

dan sampai titik tertentu, saya setuju sepenuhnya pada pendapat yang ia ucapkan
menutup-nutupi sesuatu, mendorong kita menciptakan suatu kebohongan
jika suatu kebohongan telah lahir, pada akhirnya akan muncul kebohongan lain untuk menutupi keobohongan yang lain

tapi,
bagaimana jika 'kebenaran' itu merupakan suatu hal yang sangat sangat pahit untuk kita terima?
mampukan kita menanggungnya?

jika 'kebenaran' itu lahir dari sebuah pembicaraan jujur yang diucapkan oleh...katakanlah, si pelaku, mungkin akan lebih mudah kita terima;
karena mungkin akan muncul ucapan,
'terima kasih, telah mencoba jujur padaku'
atau
'aku hargai keberanianmu untuk berkata jujur'

tapi, jika 'kebenaran' itu datang dari mulut yang lain, (bukan dari si pelaku), akankah kita tetap berpendapat sama?
'kenapa dia tak berkata jujur?'
atau
'kenapa dia harus menyembunyikan semua itu dariku?'
mungkin  seperti itulah kalimat yang akan terucap

lalu, bagaimanakah sebaiknya bersikap?

'there's only truth, and nothing but the truth..either i found it in certain way or another'

or

'if i should found out the truth in a way like this,
i'd rather not knowing the truth at all'

apapun sikap yang kelak diambil,
tidak ada yang salah dengan salah satu pilihan
dan tidak ada pilihan yang paling benar di atas pilihan yang lain
karena memang 'kapasitas' tiap manusia berbeda-beda

tapi satu hal yang saya percaya,
dibutuhkan sebuah keberanian untuk menentukan sikap.


bukan begitu?