Rabu, 03 November 2010

ketika kunaiki angkot itu



AAAAARRRRRRGGGGGHHH...
ngetem lagi???
rasanya ingin teriak.
tapi tentu saja tidak mungkin, selain mengganggu sesama penumpang,
kewarasanku mungkin saja akan dipertanyakan

SREKSROKSREKSROKSREKSREOK....
ngetem lagi????maceeettt???
rasanya ingin kugaruk kepala ini keras-keras,
gatal dan gemas berkolaborasi mengisi penat diperjalanan ini
tapi tentu saja tiada memungkinkan, selain menyebabkan timbulnya pemandangan aneh yang mungkin saja tidak sedap dipandang oleh sesama penumpang
higinitas kepalaku mungkin juga akan dipertanyakan; bisa-bisa aku diduga berkutu atau terjangkit penyakit kulit kepala semacam kutumbaba-kutumbaba

NGGNGGNGGNGGNGG...
kenapa pula harus kupandang berkali-kali jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku?
toh jarum jam tidak akan bergerak melambat (tentu saja lainhalnya jika batre jam beranjak habis)
toh supir belum tentu mengerti, itulah gestur yang mengisyaratkan "cepat berangkat-saya-sungguh-terburu-buru"
agaknya (lagi-lagi) aku harus mengirim sms bernada meminta maaf atas keterlambatanku

HHHHHHHHHH...
gluk-menelan ludah sendiri-
akhirnya aku hanya bisa menghela nafas panjang, sedikit berbagi emisi CO2 sisa metabolisme tubuh
berusaha berlapang dada (walau mungkin tak bisa selapang lapangan bola standar piala dunia); bahwa inilah resiko yang harus dihadapi
ketika aku memilih untuk mendaratkan p**tatku di dalam mobil umum bercat hijau ini....




*  suatu siang di perjalanan antara gedebage-jatinangor  *