Minggu, 31 Oktober 2010

(...............) ergo sum



Sedang apa saya disini? pertanyaan bagus.

"saya sedang melarikan diri dari dunia nyata"
sedang terjangkit sindrom eksis di dunia maya



saat ini saya sedang berada dalam fase 
"mempercayai bahwa dunia maya adalah dunia tanpa batas(an)";
dunia-dimana-saya-bebas-melakukan-apapun
dunia-dimana-saya-bebas-menjadi-apapun
dunia-dimana-apapun-bisa-terjadi
dunia-dimana-apapun-boleh-terjadi

seperti muntahan kata-kata tidak penting yang anda pandang sekarang,
saya ingin percaya bahwa tidak akan ada orang yang peduli terhadap apa yang saya tulis walaupun berharap akan ada orang yang peduli
walaupun berharap tulisan saya akan dikomen oleh orang lain
-karena-itulah-saya-post-tulisan-saya-disini-
atau saya tidak peduli bahwa akan ada orang yang peduli-atau-tidak
inilah area pribadi yang saya gelar di area publik
this is my sanctuary.

tidak mengapa apakah deretan kata ini sampah atau mutiara, pribadi atau konsumsi publik,
anda boleh percaya atau tidak akan apa yang anda baca,
karena bisa jadi ini adalah benar...bisa jadi ini seratus persen menyimpang...
tujuan saya tidak lain dan tidak bukan hanya membuktikan eksistensi 
tidak cukup hanya dengan cogito ergo sum -saya berpikir maka saya ada-
tetapi saya ada jika status saya selalu update, rajin menulis notes disamping mengupload, juga men-twit dan mem-follow
yah bisa juga ditambah dengan meng-koprol

..this is my alter ego
that's why you shouldn't bother for everything that i do, 
you don't have to believe every word i said,
because it's not who i am
-who i am by the way?- 

saya ingin berpikir,
dunia maya hanyalah dunia maya,
dimana orang bebas berpura-pura atau bertelanjang muka
terbebas dari nilai, tanggung jawab, dan penjara bernama 'diri sendiri'
saya ingin melupakan kenyataan bahwa 
'meskipun ini adalah dunia maya, 
para pelaku yang terlibat di dalamnya adalah orang-orang nyata'
real people made of flesh and blood
hence, for whatever they do, wherever they do
there will be consequences....  




++ironi kepada orang-orang 'seperti' saya++

Sabtu, 30 Oktober 2010

Terima Kasih, DePe :D

kali ini saya akan sedikit bercerita tentang makan siang saya beberapa hari lalu. aih, beberapa hari lalu? kenapa baru cerita sekarang?? 
yang diceritain juga keburu jadi p*p kali
...hesh! biarin dong... 
*serta merta keegoisan sebagai sang pemilik blog muncul*

baiklah, mari kita mulai.

beberapa hari lalu, 
karena terlambat dalam pergulatan memperebutkan jatah makan siang (hiperbol mode), akhirnya saya hanya kebagian jatah 1/2 piring nasi goreng. tentu saja tidak cukup, apalagi saya memang tidak sarapan dari pagi. 
cacing-cacing dalam perut masih berpaduan suara, menyanyikan irama keroncong pertanda perut minta diisi lagi. demi memenuhi H.I.M - hasrat ingin makan- akhirnya saya beranjak ke dapur, mencari sesuap sebakul  sepiring nasi.
namun apaboleh dikata, 
berhubung ngga ada yang masak, jadi si nasi kesepian tiada berteman..alias ngga ada lauk-pauk (T_T)
buset.....masa sih si gue makan nasi doang.....begitu pikir saya. tiba-tiba,
AHA!!!! (bukan nama provider internet)
saya teringat kiriman makanan dari teman saya, neng DePe beberapa bulan lalu....(hah?beberapa bulan??)
sekonyong-konyong grup paduan suara dalam perut menyanyikan irama nan syahdu,
"tralala-trilili, senangnya hati ini....."


furikake 'mezamashi gohan' kiriman neng DePe
 
benda apakah ini??? 

inilah, what-so-called- furikake....yang secara slebor bisa diterjemahkan menjadi 'sesuatu yang ditabur (di atas nasi anda)'
furikake inilah yang kemudian menjadi teman nasi saya, yang kemudian juga sanggup membungkam para pengamen dalam perut saya.....
kalo di indonesia mah, mirip-mirip abon gitu kali ya....bedanya disini mah abon selalu terbuat dari daging, sedangkan 'abon' jepang ini terbuat dari biji wijen, remah-remah rumput laut dan lain-lain. ribet kalo disebutin satu per satu komposisinya, hehehehe (padahal mah alesan aja males baca kanji, huh......)

waduh, makanan Jepang, halal ga tuh? tenang...tenang...dijamin ngga ada babi dalam furikake ini, karna sebelumnya saya uda manggil pawang babi untuk mengusir babi tersebut *bletaaaak!!*
kalau membaca komposisi yang tertera di bungkusnya sih, harusnya aman. ngga ada kanji 'butaniku' (daging babi) ataupun katakana bertuliskan 'pooku' (pork)...ngga ada juga kanji bertuliskan 'osake' :P

sebenarnya saya bukan termasuk penggemar makanan Jepang. karna menurut saya, jujur saja, makanan Jepang itu terasa agak-agak hambar gimanaaa gitu. tapi khusus buat yang satu ini, saya rasa bolehlah. sedikit dekat dengan selera lidah orang indonesia dan cukup berjodoh dengan nasi ala indonesia :)

kimchi furikake, furikake dengan 'taste' korea
dari ketiga jenis furikake yang dikirim oleh teman saya,
pilihan saya jatuh pada KIMCHI FURIKAKE ini, gurih dan sedikit berasa pedas. tapi jangan bayangkan pedas seperti keripik setan atau gurilem (lah, makanan apalagi ini?). rasa pedasnya samar-samar. meskipun begitu, rasa pedas samar-samar, rasa rumput laut dan tekstur wijen-nya membaur dengan harmonis (cieh...bahasanya uda kaya pakar kuliner aje...)

karena bentuknya yang kering, furikake ini bisa disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama, dengan catatan tutup rapat bungkusnya setelah dibuka. kalau terkena udara terbuka, lama kelamaan furikake akan jadi basah dan menggumpal. ngga asik lagi dimakannya :)
kebetulan, kemasan furikake merk ini memang berjenis zip bag. di bagian atas ada zippernya, seperti plastik2 bungkus obat. jadi setelah dibuka, jika isinya belum habis, bisa disimpan kembali. cocok untuk anak kost yang gemar menimbun bahan makanan berdaya tahan lama (curhat....)

bersyukur saya punya teman yang mau bersusah payah mengirim makanan 'cemen' kaya gini, who knows someday we'll actually need it, right? :P



terima kasih dePe, 本当に助かった :)

Senin, 25 Oktober 2010

iseng

mencoba post lewat telepon genggam


berhasil tidak ya?

Minggu, 24 Oktober 2010

atashinchi no neko

si kucil yang fotogenik
entah kenapa,
selalu ada kucing di rumah saya. ada kucing 'liar' yang tiba-tiba jadi jinak akhirnya 'menetap' di rumah. ada juga induk kucing yang buang anak di rumah saya. pernah sampai ada 11 ekor kucing yang kami 'pelihara' (kasih makan dan kadang diijinin main-main di dalam rumah....tapi ngga tidur di rumah sih)


saya suka iseng motret-motret mereka,

si betty yang tidak fotogenik
dan tersadar, kucing-kucing itu juga kaya manusia yah. ada yang fotogenik, ada yang ngga. si kucil biasanya selalu berpose bagus depan kamera. sedangkan si betty, .....sukur2 kalo kita bisa dapet foto bagus dari dia.





selain ekspresi yang beragam,

kepribadian mereka juga beragam. ada yang bawel, nakal dan penuh tipu daya seperti si Myo. ngga dikasi makan, dia buka kulkas sendiri. waktu tertangkap basah sama kita lagi berusaha buka kulkas, di malah pura-pura ngelurusin kaki depan ke samping kulkas...
si Myo yang bandel
belum lagi suka teriak-teriak depan rumah minta dibukain pintu; kaya pengamen yang ngga mau pergi-pergi sebelum dikasih uang
kalo lagi sakit,
senangnya tidur di dalam kardus atau di dalam kantong plastik.
kalo lagi ngga sakit, tidur di atas printer, di atas tas kerja ayah, di atas karpet, atau di atas kursi meja makan. hanya di hari yang benar-benar panas saja dia mau tidur di atas lantai.


sebaliknya, si hitam dan si  chemong jarang sekali bersuara.

si chemong yang pendiam
kalapun bersuara, suara 'mengeong' mereka lebih mirip 'nguk-nguk-nguk' nya monyet (sehingga saya kadang mempertanyakan ke-kucing-an mereka). dua anak ini kesayangaan ibu saya; karena selalu setia menemaninya saat berkebun di halaman depan rumah. saat ibu sholat pun, mereka tidak berisik dan memilih duduk manis di samping ibu. sayang, beberapa bulan lalu si chemong sudah pergi meninggalkan dunia ini....

si hitam si penjaga malam



si hitam,
akhir-akhir ini 'dipekerjakan' jaga malam di dalam rumah untuk menakuti tikus yang -entah darimana datangnya- berkeliaran di dalam rumah dan menggerogoti pintu kamar, juga mengacak-acak makanan yang disimpan di dapur.
semalam, ibu bilang si hitam ngga usah tidur dalam rumah. ketika saya berkata padanya,
"item, kamu malam ini off duty ya...jadi tidur di luar aja" lagaknya seperti mengerti apa yang saya ucapkan; dia lalu berjalan 'mengantar' saya pulang ke rumah saya dan menghilang di kegelapan malam...


tapi, walaupun bermacam ekspresi dan kepribadian,

mereka semua sepakat dalam satu hal,
ngga mau makan kalo makanannya ngga dikasi alas...
diberi makan apapun dan dimanapun, mereka pasti membawa makanan yang diberikan untuk memakannya di tempat yang dijadikan alas. mereka ngga mau makan di atas lantai begitu saja. karena itulah, keset, tangga kayu, lap pel  di rumah kami selalu jadi 'korban'   (-_-)'

Dari Balik Jendela

Dari balik jendela kamar,
terlihat langit biru cerah dengan aksen semburat awan putih.
Juga terlihat langit yang perlahan menjadi gelap seiring datangnya malam.

Matahari terbit lalu tenggelam, langit nampak dari kisi-kisi jendela.
sementara itu, siklus hidupku yang hanya berkisar kasur-meja belajar-tempat makan-toilet masih berlangsung.
Nyaman? mungkin.....

Dari balik jendela kamar,
aku melihat anak tetangga, si kecil Reihana yang tiap pagi berangkat sekolah TK diantar jemput selalu pada jam yang sama. Nah, itu dia pulang. Pasti sebentar lagi temannya Azizah datang bersama adik-adiknya, bermain bersama anjang-anjangan, kadang bermain bermain bersama kucingku si Myo.
'Kue Lumpur' yang suka tiba-tiba kutemukan teronggok depan pagar rumahku nampaknya merupakan hasil karya mereka. Kadang saat aku keluar rumah menuntun sepeda, dengan riang ia menyapa,
"Mau kemanaaa? ikut doong!"
sekarang ia sudah duduk di kelas 1 SD. tak seperti dulu, ia kini jarang terlihat berkeliaran di jalan sepulang sekolah. sore hari sayup-sayup kudengar suara mamanya membimbingnya mengerjakan tugas sekolah.

Dari balik jendela kamar,
Aku mengintip bapak tukang (yang sedang dipekerjakan untuk membangun rumah seberang), berdendang lagu jawa sembari bekerja. Menebang pohon mangga yang telah ada disana bertahun-tahun. Membobok tembok...oh, rupanya atapnya mau ditinggikan. Mengganti genteng. Memplester tembok baru dan mengecatnya dengan warna putih, abu, dan oranye. Merobohkan pagar lama. Memotong lantai keramik dengan mesin yang suaranya bising sangat. Memasang lantai keramik baru di teras dan garasi. Memasang pagar baru yang jauh lebih tinggi dari pagar lama. Lama-kelamaan nampak bentuk rumah yang baru. Pekerjaan dilakukan dengan lambat, tapi sangat rapi dan berhati-hati. Malam hari sehabis magrib di teras rumah menelepon anak dan istri di kampung, menanyakan bagaimana kabar si kecil. Rupanya tahun ini si kecil baru saja masuk SD, sama seperti Reihana.

Dari balik jendela kamar,
aku melihat ibu tetangga depan rumah yang sedang sibuk berlatih paduan suara, bersama rekan-rekan berlatih angklung untuk mengikuti kompetisi jingle woods yang berhadiah liburan ke Bali. Setiap hari dari siang ke sore ke malam, rumah seberang riuh rendah oleh suara nyanyian dan permainan angklung. Minggu adalah hari-H datangnya tamu dari Jakarta, jalan rumah yang biasanya sepi mendadak ramai karena sang tamu membawa serta kru kamera. Tetangga yang lain pun ngiring bingah menjadi penonton, ikut berteduh di halaman rumahku sambil menikmati hiburan gratis paduan suara ibu-ibu; nenek mengantar sang cucu yang 'ingin lihat ibu-ibu bernyanyi lagu-lagu'

Dari balik jendela kamar, aku melihat tanaman bambuku tumbuh menggondrong (setelah aku potong pendek-pendek beberapa waktu lalu) tumbuh tak beraturan, tidak lagi lurus tapi berbelok kesana kemari. Memanjang hampir menutupi jendela kamar. Pagi hari aku bisa lihat embun masih bertengger di pucuknya. Kini bambuku mengering. Maaf ya...sepertinya aku lupa berhari-hari membiarkanmu kehausan. Tanaman di pojok halaman semula nampak rimbun, kini tidak lagi. Peliharaan kaktus di pot-pot mini pada terguling, sepertinya akibat kucing-kucing pada berantem disitu kemarin-kemarin. Rumput liar bermunculan di sela-sela paving block dan di atas karung pasir yang dibiarkan teronggok di pojok sejak banjir yang tiba-tiba melanda beberapa bulan lalu.

baiklah, aku shutdown si laptop putih, beranjak dari depan meja belajar dan turun dari kursi; mengakhiri hibernasi berhari-hari, menambah panjang siklus hidupku.
hari ini mari kita mengurus tanaman dan menyapa tetangga! :)





Sabtu, 16 Oktober 2010

things you don't find in men's rest room

tadi siang,
sambil menunggu giliran buat masuk water booth (alias kamar mandi - terjemahan slebor) saya jadi iseng memperhatikan sekitar. biasanya sih ngga gitu, begitu liat kamar mandi kosong langsung aja ngacir jebrus jebrus hehehehe
eniweiiii,
ada satu hal yang menarik perhatian saya. yaitu tulisan yang dipampang di dinding. semacam tulisan dari plakat plastik gitu, dengan warna dasar merah dan huruf-hurufnya berwarna putih; dan disana tertulis:



hajaaaaah....ternyata ya para wanita....hahahaha
(duh jadi buka rahasia, hehehehe tapi ngga jorok kan, ngga vulgar kan, jadi gapapa dong ;p )

i bet you won't find this in men's restroom :D
tanpa sadar saya jadi membayangkan, bagaimana kalo tulisan seperti itu juga ada di kamar mandi pria... *mulai berimajinasi liar*



* PS:
saya juga menemukan tulisan 'lucu' lainnya dalam kamar mandi: 
JAGALAH KEBERSIHAN, KETERTIBAN, DAN KEAMANAN
 kebersihan sih oke....tapi ketertiban dan kemanan?? berasa di pos kamling hehehehe


Rabu, 13 Oktober 2010

" orang miskin dilarang sakit "

sejak beberapa hari lalu, hidung saya sukses membuat saya kembali menjadi anak ingusan. tidur malam pun tidak nyenyak karena hidung mampet dan tak lama kemudian si partner in crime juga datang: sakit tenggorokan.
mereka berdua memang suka kompak mengunjungi saya, kalo uda pilek pasti ujung-ujungnya batuk juga; atau sebaliknya. penyakit sepele sih...tapi cukup mengganggu mobilitas dan aktivitas.
gimana nggak, mau mikirin tugas atau mau kerja jadi ngga konsen gara-gara kepala puyeng akibat hidung bumpet.
ngga lucu juga kan, ketika bawa kendaraan ujug-ujug jadi galeong-galeong di tengah jalan akibat bersin yang bertubi-tubi datang membuat saya tidak bisa mengontrol laju kendaraan.

karena itulah, saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan ini. khawatir jika mengalami penderitaan berkelanjutan dan tiada berkeakhiran, lama-kelamaan saya akan berubah menjadi chu pat kay si derita tiada akhir, tokoh babi rekan sun go kong si kera sakti *mulai berhalusinasi*

lalu pergilah saya menuju sebuah klinik, berjarak sekira 5-10 menit dari rumah....kalo pake mobil pribadi. kalo ngesot sih bisa 1jam lebih.
kenapa saya kesana?
1. jarak dari rumah cukup dekat
2. mereka berfasilitas 24jam...artinya, jam berapapun saya datang kesana selalu ada dokter jaga disana, minimal dokter umum
3. ngga perlu ngantri lama nunggu dokternya datang
4. tarif periksa cukup "murah", sekira 30 ribu untuk dokter umum, dan 55 ribu untuk dokter spesialis
(bandingkan dengan tarif puskesmas....)
5. tempat bersih, ruang tunggu nyaman, para  petugas cukup ramah menyambut kedatangan pasien

kok saya bisa tahu banget soal tempat itu?
yaiyalah...dari saya kecil uda jadi langganan (sedihnya penyakitan... T_T)

keanehan pertama terjadi tak lama setelah saya check in (emang hotel...) di meja pendaftaran pasien,
petugas: sudah pernah kesini bu? (emang kapan gue nikah ama bapak lo)
saya: udah
petugas: nama dan alamat?
saya: pahlawan bertopeng dari gua selarong (nama dan alamat disamarkan demi kerahasiaan pasien)

*beberapa detik kemudian*

petugas: bu, datanya ngga ada. bener uda pernah kesini?
saya: iya kok, uda beberapa kali..
petugas: terakhir kesini kapan?
saya: sekitar 6 bulan lalu (jawaban ngasal males mikir)

ternyata, entah gimana data saya ngga ada di database komputer mereka, dan akhirnya saya disuruh mengisi form kecil karena dianggap sebagai pasien baru. sambil menunggu giliran diperiksa, tekanan darah saya diukur oleh petugas yang memang standby di meja kasir,  dekat ruang tunggu dokter umum. kadang saya suka iseng mengukur berat badan dengan timbangan yang terlihat nganggur disana.
ngga lama kemudian, saya dipersilakan untuk memasuki ruang periksa dokter umum. ngga taunya...dengan ajaib berkas medical record saya sudah mendarat di meja sang dokter.
rupanya petugas pendaftaran segera mengubek data saya dengan cara manual di gudang data.
saya coba memahami, selalu ada celah eror baik human error...or machine error. setidaknya niat untuk memberikan pelayanan prima oleh para petugas klinik, patut diacungi jempol.

setelah berdialog dan diperiksa dikit sama dokter, akhirnya saya diberi resep obat 4 macam,
dengan tulisan yang ngga jelas itu bahasa romawi kuno atau sanskerta. untungnya sang dokter berbaik hati menjelaskan obat apa saja itu (dengan bahasa orang awam): obat pilek, obat alergi, antibiotik, dan vitamin.

klinik yang saya datangi memiliki apotik, yang sudah terkenal dengan reputasinya untuk 'menjajakan' obat dengan harga selangit. karena itu, saya mengambil keputusan untuk menebus obat di apotik langganan dekat rumah.

disinilah saya menemukan keanehan nomor dua,
setelah berkeliling ke dua apotik dekat rumah, sebagian  besar obat yang diresepkan pada saya tidak tersedia. malah apoteker di kedua apotik itu mengaku kesulitan membaca tulisan yang diresepkan oleh dokter. (apakah ini layak dikategorikan ke keanehan nomor tiga? hehehehe)
saya pun akhirnya kembali lagi ke apotik milik klinik itu. ternyata, mereka punya semua obat yang ada di resep itu, tapi dengan harga yang sangat mahal. untuk mengobati pilek-dan sedikit sakit tenggorokan- saya harus menyediakan lebih dari 200ribu rupiah.

dan inilah keanehan nomor empat. dokter di klinik itu, cenderung memberikan resep obat yang TIDAK LAZIM DIJUAL DI APOTIK LAIN; 3 dari obat yang diresepkan merupakan obat paten; yang sudah pasti harganya MAHAL.
ketika saya bertanya APA NAMA OBAT yang ditulis di resep, petugas di apotik itu 'berkelit'dengan menjawab: obat pilek, obat alergi, antibiotik, dan 'obat untuk kekebalan tubuh' (nama lain dari vitamin?)....dengan kata lain, dia 'menolak' untuk memberitahu saya NAMA obat-obatan tersebut.
kenapa ada informasi yang 'disembunyikan'?
bagi orang awam yang ngga ngerti masalah medis beserta tetek bengek farmasi, seakan tidak ada pilihan lain kecuali mengeluarkan biaya ekstra supaya 'jadi sehat' (gantian dompet saya yang sakit...) dan pasrah menebus obat-yang-tidak-dijual di tempat lain itu.

rasanya saya pernah mendengar, adalah hak pasien untuk meminta dokter meresepkan obat generik. tapi saya yakin, tidak banyak pasien yang 'punya keberanian' untuk berkata pada dokter,
"Dok, saya minta obat generik saja"

ketika saya mengingat-ingat kembali, kejadian ini bukan yang pertama. sebelumnya pun pernah ada kejadian yang sama. saat itu, untuk mengobati dispepsia (nama kerennya: sakit maag) saya harus menebus obat dengan harga hampir mendekati 400ribu rupiah (belum termasuk periksa laboratorium). ketika menemui dokter sambil memberikan hasil lab, dengan jujur saya berkata, "dok, obatnya belum saya minum. belum saya beli, soalnya mahal". Dokter nampak terkejut (entah pura-pura terkejut) ketika saya sebutkan harga obat yang beliau beri. akhirnya, beliau mengganti resep saya, dan ketika saya tebus resep itu di apotik lain...cuma habis sekira 100ribu. beda jauh banget kan....

orang bilang sehat itu mahal.
tapi menurut saya sih: SAKIT ITU MAHAL, sehat itu lebih enak hehehe
jadi orang sakit di negeri ini seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. uda harus menahan diri menanggung sakit, harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit pula ketika ingin sembuh.
inikah realita pelayanan kesehatan di negeri ini?
gimana dengan hak-hak pasien?
gimana dengan hak-hak warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau?
gimana nasib orang-orang miskin yang ngga mampu menanggung biaya berobat, padahal mereka yang paling butuh disediakan pelayanan kesehatan yang memadai?
gimana supaya 'kartel-kartel' raksasa farmasi itu berpihak pada rakyat kecil?

di perjalanan pulang,
di antara deru mesin vw kodok yang saya tumpangi,
saya termenung memikirkan sejumlah keanehan yang saya jumpai dan sederet pertanyaan lain yang kian berkecamuk di benak.

berlebihankan jika akhirnya saya berpendapat:
di negeri ini, ORANG MISKIN DILARANG SAKIT?
 

Selasa, 05 Oktober 2010

me and my backpack


we're best buddies :)
 
aku kuliah, dia ikut belajar
membawakan buku-bukuku, netbook, serta bekal makan pagi atau makan siangku

aku kerja, dia turut serta
duduk manis di dekat meja atau selonjoran saja di lantai,
tergantung situasi dan kondisi kemana aku berangkat kerja hari itu

aku main, dia tak mau ketinggalan
membawakan jaket, payung, makanan, minuman...dompet, ha-pe, kamera, dan peralatan pendukung kehidupan lainnya

aku kehujanan, dia ikut berbasah-basah
(lalu buat apa kau pakai bag cover berwarna oren gonjreng itu, hah?)

aku kepanasan....dia kepanasan juga
(habis mau bagaimana lagi?)

 

tapi,
maafkan aku ya teman
aku terus memanfaatkanmu tanpa merawatmu dengan baik
aku jadi teringat,
belum pernah sekalipun kumandikan kau sejak kubawa kau pulang dari toko itu..

curhat jempol

puasa lalu jempol kaki kananku kepentok tembok,
gara-gara kesiangan bangun sahur. lho kok bisa?
ya bisa lah! ini aja ada buktinya :P
kesiangan, jadi buru-buru bangun. dalam kondisi masih slebor, terhuyung-huyung berjalan menuju kamar mandi..saat itu kondisi mata masih setengah terpejam. tiba-tiba, di kaki ada rasa geli geli gimanaaa gitu, kayanya ada cicak yang merayap-rayap naik ke kaki. mungkin dia merayap-rayap begitu dia protes gara-gara pintu kamar mandi yang kubuka dengan semena-mena, "eh gile aje lu ngagetin gue jam segini!lu kate gue cicak apaan?!"
mungkin loh ya, mungkin. kan si aku ga bisa bahasa cicak ;p 
(kembali lagi ke jalan yang benar) nah, berhubung merasa panik dengan sensasi aneh yang terasa di kaki, seketika deh eik melakukan break dance....ngga ding, cuma goyang-goyangin kaki dengan hiper, dan tanpa sadar, saat itu aku masih berdiri di pojok pintu.
JEDAGGG! itulah kira-kira bunyinya saat jempol saya beradu dengan kusen pintu kamar mandi. 
siang harinya, jempolku dengan sukses berubah warna menjadi biru-keunguan
plus bertambah ukurannya (sayang, yang nambah bukan ukuran kaki tapi ukuran jempolnya doang...) 
ketika menemui dokter dengan jempol yang sudah oversize dan sedikit membiru,
dokter cuma tertawa-tawa sambil memencet-mencet,

dokter  : kok bisa sih sampe begini? (sambil melirik jempolku yang sudah berubah ukuran)
aku       : ya bisa aja dok....
dokter  : (sambil mencet-mencet jempolku) sini sakit ga?
aku       : (masih jaim) sakit dok..dikit
dokter  : (keasikan mencet-mencet) kalo ini?
aku       : .........................(ceurik getih)
 

sejak saat itulah...aktivitasku jadi terbatas, karena ngga bisa lagi melakukan manuver-manuver seperti dulu. ngga bisa buka pintu lemari baju pake kaki kanan lagi, ngga bisa nyalain lampu pake kaki ....ngga bisa ngelitiki kucing yang lagi bobo depan pintu, beserta sederet aktivitas harian lainnya yang cukup banyak melibatkan jempol kaki kanan.

ooh...betapa garingnya! (~_~)"

sekitar 4minggu kemudian, biru-ungu dibalik kuku menghilang, yeeey! v(^_^)v 
kupandang jempolku yang kini sudah kembali ke ukuran normal, dan bergumam,
duuuuh hensem bener deh ah jempolku inih!
walopun si kuku kini berwarna aneh, tapi senantiasa kuberi perhatian ekstra,
supaya cepat numbuh kuku baru nan indah....
maka dari itu, 
jadi rajin pake kaos kaki
jadi rajin pake sepatu tertutup
jadi mengurangi kegiatan selonjoran dimana-mana, karena ingin mengurangi kemungkinan untuk orang tersandung kakiku akibat badanku yang melintang dimana-mana
*sebenernya sih yang suka kesandung kaki/badanku cuma si kaka doang...*

ibuku pun menasehati,
"De, itu kukunya hati-hati ya jangan dibiarin panjang..nanti kalo nyangkut-nyangkut bisa lepas lho!"
menuruti nasihat ibu, tiap pagi habis mandi, jadi rajin mengecek jempol tercinta, uda panjang belum yaaa?

tapi, malam itu aku baru saja mau pulang ke rumahku setelah selesai menumpang makan di rumah orangtua. sambil nyari-nyari sepatuku yang mendadak hilang dari peredaran, aku pamitan sama ibuku,
aku: Bu aku pulang ya....(sambil memakai sepatu yang ternyata ada di bawah daun-daun aglonema raksasa piaraan ibuku)
ibu: iya...itu, hati-hati ya nanti patah
aku: (udah seneng dapet perhatian mengenai nasib kuku-ku) iya....
ibu: itu, maksud ibu hati-hati itu tanaman ibu awas patah daunnya!


* break dance dalam kondisi setengah ngantuk tidak dianjurkan, apalagi melakukannya di pojokan kamar mandi *







 

things we lost in rain

and the rain's falling again
hitting the rooftop


we used to talk about everything 
staring the cloudy sky
with a nice cup of coffee
i was laughing, and you were smiling

is it already...what, 6, 7 years?
i wonder, are we still the same

no, i guess not

because when the rain falls flow through the gutter
it wipes away all the selves we used to be