Minggu, 24 Oktober 2010

Dari Balik Jendela

Dari balik jendela kamar,
terlihat langit biru cerah dengan aksen semburat awan putih.
Juga terlihat langit yang perlahan menjadi gelap seiring datangnya malam.

Matahari terbit lalu tenggelam, langit nampak dari kisi-kisi jendela.
sementara itu, siklus hidupku yang hanya berkisar kasur-meja belajar-tempat makan-toilet masih berlangsung.
Nyaman? mungkin.....

Dari balik jendela kamar,
aku melihat anak tetangga, si kecil Reihana yang tiap pagi berangkat sekolah TK diantar jemput selalu pada jam yang sama. Nah, itu dia pulang. Pasti sebentar lagi temannya Azizah datang bersama adik-adiknya, bermain bersama anjang-anjangan, kadang bermain bermain bersama kucingku si Myo.
'Kue Lumpur' yang suka tiba-tiba kutemukan teronggok depan pagar rumahku nampaknya merupakan hasil karya mereka. Kadang saat aku keluar rumah menuntun sepeda, dengan riang ia menyapa,
"Mau kemanaaa? ikut doong!"
sekarang ia sudah duduk di kelas 1 SD. tak seperti dulu, ia kini jarang terlihat berkeliaran di jalan sepulang sekolah. sore hari sayup-sayup kudengar suara mamanya membimbingnya mengerjakan tugas sekolah.

Dari balik jendela kamar,
Aku mengintip bapak tukang (yang sedang dipekerjakan untuk membangun rumah seberang), berdendang lagu jawa sembari bekerja. Menebang pohon mangga yang telah ada disana bertahun-tahun. Membobok tembok...oh, rupanya atapnya mau ditinggikan. Mengganti genteng. Memplester tembok baru dan mengecatnya dengan warna putih, abu, dan oranye. Merobohkan pagar lama. Memotong lantai keramik dengan mesin yang suaranya bising sangat. Memasang lantai keramik baru di teras dan garasi. Memasang pagar baru yang jauh lebih tinggi dari pagar lama. Lama-kelamaan nampak bentuk rumah yang baru. Pekerjaan dilakukan dengan lambat, tapi sangat rapi dan berhati-hati. Malam hari sehabis magrib di teras rumah menelepon anak dan istri di kampung, menanyakan bagaimana kabar si kecil. Rupanya tahun ini si kecil baru saja masuk SD, sama seperti Reihana.

Dari balik jendela kamar,
aku melihat ibu tetangga depan rumah yang sedang sibuk berlatih paduan suara, bersama rekan-rekan berlatih angklung untuk mengikuti kompetisi jingle woods yang berhadiah liburan ke Bali. Setiap hari dari siang ke sore ke malam, rumah seberang riuh rendah oleh suara nyanyian dan permainan angklung. Minggu adalah hari-H datangnya tamu dari Jakarta, jalan rumah yang biasanya sepi mendadak ramai karena sang tamu membawa serta kru kamera. Tetangga yang lain pun ngiring bingah menjadi penonton, ikut berteduh di halaman rumahku sambil menikmati hiburan gratis paduan suara ibu-ibu; nenek mengantar sang cucu yang 'ingin lihat ibu-ibu bernyanyi lagu-lagu'

Dari balik jendela kamar, aku melihat tanaman bambuku tumbuh menggondrong (setelah aku potong pendek-pendek beberapa waktu lalu) tumbuh tak beraturan, tidak lagi lurus tapi berbelok kesana kemari. Memanjang hampir menutupi jendela kamar. Pagi hari aku bisa lihat embun masih bertengger di pucuknya. Kini bambuku mengering. Maaf ya...sepertinya aku lupa berhari-hari membiarkanmu kehausan. Tanaman di pojok halaman semula nampak rimbun, kini tidak lagi. Peliharaan kaktus di pot-pot mini pada terguling, sepertinya akibat kucing-kucing pada berantem disitu kemarin-kemarin. Rumput liar bermunculan di sela-sela paving block dan di atas karung pasir yang dibiarkan teronggok di pojok sejak banjir yang tiba-tiba melanda beberapa bulan lalu.

baiklah, aku shutdown si laptop putih, beranjak dari depan meja belajar dan turun dari kursi; mengakhiri hibernasi berhari-hari, menambah panjang siklus hidupku.
hari ini mari kita mengurus tanaman dan menyapa tetangga! :)





0 komentar:

Posting Komentar