Minggu, 27 Desember 2009

Jam Karet

Tahu jam karet?

bukan, bukan jam anak-anak yang terbuat dari karet

tapi ini jam yang sering "dipakai" sama mayoritas orang dewasa di indonesia.
entah kenapa, nampaknya jam karet ini populer sekali di indonesia, bahkan begitu membudaya di segala lapisan masyarakat. mulai dari kalangan grass root  sampe kalangan pejabat.


pernah suatu ketika, kantor tempat saya bekerja dulu mengadakan sebuah perhelatan besar. tamu-tamu yang diundang, mulai dari tamu biasa hingga tamu VVIP, mulai tamu lokal sampai tamu interlokal....eh, internasional maksud saya.
pada acara itu, saya sebagai orang indonesia merasa miris....juga malu. saya melihat, para tamu luar negeri datang lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan. mereka menempati kursi yang telah disediakan dan duduk dengan manis. sedangkan tamu lokal? datang setelah hampir satu jam acara dimulai. mereka duduk di kursi yang telah disediakan, dan.........mengobrol dengan orang di sebelahnya. HEBAT!

ketika saya curhat masalah ini pada teman saya, dia cuma bilang..."ah biasa, emang indonesia banget"

kejadian kedua, terjadi di kampus saya.
di mading yang dipajang dekat tangga menuju ruang kuliah, saya melihat selembar pengumuman ditempel disana. kira-kira berbunyi, "bagi mahasiswa yang belum mengambil buku tabungan dapat mengambilnya di bagian administrasi kemahasiswaan mulai pukul 08:00-15:00"
membaca pengumuman itu, saya merasa sangat senang dan terbantu, karena tidak perlu repot-repot mengantri di bank yang letaknya lumayan jauh dari gedung kuliah saya.
saya kuliah mulai pukul 7, dan biasanya selesai pukul 14:30. setelah selesai kuliah saya ngibrit ke lantai 1, tempat dimana bagian administrasi mahasiswa berada. saat itu, belum pukul 15...........tapi, apa yang saya temukan?
ruangan yang sangat berssiiiiiiiiih.....sekali. (maksudnya oranng-orang uda ngga ada, loket2 uda ditutup, hehehehe)
saya kecewa sekali....bukan karena harus ambil buku tabungan ke bank yang letaknya lumayan jauh, tapi kecewa memikirkan...inikah budaya kerja orang indonesia??


yang lebih parah lagi, jaman saya masih aktif di kegiatan kemahasiswaan dulu. tiap kali rapat, pasti ngaret....
kalo di undangan rapat ditulis rapat mulai pukul9, pasti ujung-ujungnya mulai pukul10. sampai-sampai teman saya berkata, "iya, kalo mau rapat mulai jam8 teng, berarti di undangan atau ngasi tau ke anak-anaknya rapat mulai jam7...pasti bisa deh, mulai on time jam8"
walaaaahhhh!




saya sengaja "curhat habis-habisan" pada tulisan ini.
sengaja, supaya kita merasa tersindir
sengaja, supaya kita merasa malu
sengaja, supaya pada akhirnya kita akan sadar..........dan mau berubah.
sehingga nanti, kita bisa mengucapkan,

"Jam karet??ih, NGGA INDONESIA BANGET deh..."


semoga saja, 
semoga.

Jumat, 25 Desember 2009

Bidadari Rahang Besi

Malam ini aku habis melihat sebuah film, yang judulnya IRON JAWED ANGELS..
serem ya diliat judulnya...bidadari macam apa coba yang rahangnya dari besi? hehehe
tapi ternyata film ini cukup bagus, dan membuat aku sedikit berpikir.
secara garis besar, film ini menceritakan para perempuan amerika yang berupaya agar perempuan juga punya hak politik....diakui dan diperhitungkan suaranya..dan apa yang mereka korbankan untuk meraih itu semua.
aku jadi bersyukur sebagai perempuan yang dilahirkan pada masa kini, bukan pada waktu itu. waktu dimana ada jurang pemisah yang begitu besar antara hak-hak pria dan hak-hak perempuan.
hidup sebagai perempuan di masa kini, jauh lebih menyenangkan (kalo ngga bisa dibilang mudah mah....)
mau sekolah, bebas
mau berkiprah di bidang sosial politik, dll.....juga bebas
perempuan jaman sekarang, lebih punya priviledge dibanding perempuan jaman baheula.

jaman dulu, mana ada perempuan jadi menteri
mana ada perempuan jadi anggota dewan (senator), walikota, bupati atau jabatan lainnya.
boro-boro dapet jabatan....kalo ada pemilu aja perempuan sama sekali ngga dilibatkan.
sama sekali ngga diperhitungkan suaranya.

tapi sekarang? perempuan yang jadi presiden aja ada! (yaaah jangan bahas sukses atau ngga-nya sih...hehehehe)

intinya,
melirik perjuangan mereka, membuat aku berpikir kembali sikap politikku. selama ini, aku ngga pernah menganggap serius tentang hak suaraku sebagai warga negara. kalo ada pemilu juga...lempeng weeee,.....santai dan ngga menganggap penting. padahal, untuk mewujudkan hak yang aku dapat sekarang, perjuangan berat seperti apa yang harus dilalui?

watching this movie, made me realize that i shouldn't have take it for granted...

gimana dengan cerita serupa di tanah air? barangkali ada yang lebih tau bagaimana ceritanya, boleh dong berbagi..... ;D


Official Site Iron Jawed Angels
Iron Jawed Angels from Wiki

Kamis, 24 Desember 2009

Perampok Perompak

tiba-tiba saja aku teringat dua kata ini saat menonton sebuah film (ketauan ni nonton filmnya ngga khusyu' hahahaha)

pasti pernah denger kan dua kata ini?

perampok, seperti pada kalimat;

" Sekawanan PERAMPOK berhasil mengganyang 15Kg emas dari toko itu setelah sebelumnya mengikat penjaga toko dengan tali sepatu"

perompak, seperti dalam kalimat;

" Saat Kapten Hook tengah berlayar di perairan nusantara, armadanya dihadang oleh kapal PEROMPAK yang memang dikenal sebagai penguasa kawasan itu"

apa sih bedanya?
kenapa ada dua kata itu?
toh sama-sama rampok hehehehe sama-sama tukang rampas paksa barang orang...

penasaran, kukunjungi situs KBBI online. Apa tuh KBBI? ah teu gaul, ga tau KBBI hehehe KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia (bisa dikunjungi di http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

aku ketik tuh kata PERAMPOK....ternyata yang muncul jawaban
Tidak menemukan kata yang sesuai dengan kriteria pencarian!!!
(aih...pake tanda seru 3biji lagi..)

ternyata, jawaban baru muncul setelah aku menginput kata dasar "RAMPOK", baru muncul deh penjelasan....

pe·ram·pok n orang yg merampok; penggedor; penggarong: tiga orang dr komplotan ~ itu sudah tertangkap;

sedangkan buat kata PEROMPAK, setelah aku menginput kata 'rompak' di kotak pencarian...eng ing eeeeeng! muncullah jawaban begini nih:

1rom·pak v, me·rom·pak v merampok atau menyamun di laut;
pe·rom·pak n bajak laut; lanun

CLING CLING CLING...... @_____@
baru deh dapet pencerahan...
kalo PEROMPAK itu....khusus buat PERAMPOK yang melakukan aksinya di laut (a.k.a BAJAK LAUT)
jadi, kalo kalimat diatas kita jadikan begini -

" Sekawanan PEROMPAK berhasil mengganyang 15Kg emas dari toko itu setelah sebelumnya mengikat penjaga toko dengan tali sepatu"

..........secara tata bahasa ngga salah sih ya...tapi jadi muncul kesan bahwa toko emas itu berada di laut (HOH?). Hebat banget tuh yang punya toko ya...hehehe bisa dipastikan kalimat ini bakal menjadi kalimat yang janggal.

nah, kalo untuk kalimat selanjutnya kita jadikan begini -

" Saat Kapten Hook tengah berlayar di perairan nusantara, armadanya dihadang oleh kapal PERAMPOK yang memang dikenal sebagai penguasa kawasan itu"

nggngngng....ini juga secara tata bahasa ngga salah, tapi tentu saja kalimat ini jadi aneh, karena pertama di bagian sebelumnya uda jelas disebutin "......tengah berlayar di perairan..." jadi jelas kaan TKP-nya itu di laut.

Kedua, kata kapal PERAMPOK, maksudnya apa? kapal yang isinya segala jenis rampok (termasuk garong yang di darat juga), atau kapal yang pemiliknya adalah seorang rampok? tentunya akan muncul kebingungan-kebingungan lain.
Intinya, merujuk pada poin pertama, berhubunga TKP-nya uda jelas di laut, tentu aja lebih jelas kalo kita pake kata PEROMPAK

Nah, begitulah ternyata.
meskipun dua kata itu sama-sama merujuk pada sejenis mahluk yang dikategorikan rampok,
kedua kata itu makna-nya ngga persis sama. Secara konteks, kedua kata itu ngga bisa saling menggantikan.

 jadi, PERAMPOK






atau PEROMPAK?

APEL BESAR

apa yang kamu bayangkan waktu melihat judul di atas?

aku,
membayangkan sebuah apel besar dan merah merona nan menggoda iman...(apa coba) kaya begini nih:



iya, aku membayangkan buah apel berwarna merah yang berukuran sangat besar ketika membaca tulisan itu terpampang pada sebuah spanduk yang terikat di pinggir jalan, di jalan setiabudhi.
sekilas kubaca, dan aku bingung...apa maksudnya apel besar?
apalagi tulisan itu ada di sebuah spanduk kumal yang berwarna putih tua. (kaya gimana juga warna putih tua)

aku baru ngeh setelah membaca kalimat lanjutan di bawahnya,


A P E L  B E S A R
MASYARAKAT PECINTA TERTIB LALU LINTAS


halaaaaaah..ternyata bukan buah apel yang dimaksud disitu.

tapi kegiatan upacara (apél) besar-besaran (dengan massa berjumlah banyak)

harusnya ditulis gini aja yah,


A P È L  B E S A R



huruf  È di kata apel, yang dibunyikan sama dengan huruf È pada kata bÈbÈk...
jadi jelas bunyi bacanya hehehehehe

Rabu, 16 Desember 2009

cita CITA


kebanyakan anak kecil bakal jawab dengan lantang “Mau jadi dokter!” ketika ditanya apa cita-citanya.
Entah kenapa.
 Aku sih, ngga pernah jawab gitu, 
…..waktu kecil dulu, aku dengan yakin bakal jawab “MAU JADI ARSITEK!!” ketika ditanya apa cita-citaku.
Entah kenapa juga.
Tapi suatu hari, aku baca koran, yang di halaman utama-nya memuat berita tentang gedung runtuh yang mengkibatkan banyak korban berjatuhan. Katanya, itu gedung runtuh gara-gara salah perhitungan.
Seketika itu,…minatku untuk jadi arsitek sirna. Gara-gara, takut salah bikin gedung. Nanti gedungnya runtuh, terus orang-orang pada mati deh, gara-gara aku. Nanti aku harus gimanaaaa?? Gimanaaa cobaaaa????begitu pikirku dengan panik.
Duh…dodol  juga ya…hahahaha….padahal yaah, perhitungan gedung kan bukan melulu kerjaan arsitek.kerjaan orang teknik sipil juga.
Orangtuaku sendiri, ngga pernah mendikte aku harus jadi apa kalo uda besar nanti (uda dewasa, uda gede maksudnya…bukan BESAR dalam arti ukuran badan yah…)
Mereka cuma mengajarkan aku, MILIKILAH CITA-CITA YANG BESAR, MILIKILAH CITA-CITA YANG TINGGI.
….dan akupun akhirnya membuat daftar cita-cita. Diantaranya,
1.      Jadi arsitek (yang mana gagal karna trauma masa kecil)
2.      Jadi astronom (yang mana gagal manten karena pelajaran eksak tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan daya pemahamanku terhadap pelajaran tersebut)
3.      Masih muda sukses
4.      Udah tua kaya raya
5.      Mati masuk surga….halah…halah…
( boleh dong, namanya juga cita-cita…………..sirik aja ih……………..hehehehe)
Tapi, sejak setaun ini aku hidup di kota orang (kalo ngga boleh dibilang negeri orang…berhubung masih dalam negeri juga ;P )
Aku sedikit mendapat pencerahan. setelah mengamati, memahami, mendapatkan pengalaman di kota tempat aku tinggali kini. Dan akupun memutuskan untuk menambahkan satu nomor lagi pada daftar cita-citaku tadi.
Yaitu, AKU BERCITA-CITA MENJADI PENGENDARA MOTOR DAN MOBIL YANG BUDIMAN, TAAT ATURAN, BERMORAL, BERSUSILA, BERADAB, DAN MENGHORMATI SESAMA PENGGUNA JALAN DAN JUGA PEJALAN KAKI…..weeetssss….dahsyat ga tuh…..
(sepertinya aku mendengar suara gubrak yang begitu keras dari pembaca sekalian)…
So simple.
So applicable.
Aku, akan selalu memakai helm ketika mengendarai motor
Dan menjalankan mobil dalam batas kecepatan yang diperbolehkan.
Aku, akan mempersilakan pejalan kaki menyebrang terlebih dahulu di zebracross sebelum aku melintas
Juga, tidak dengan ganas menyerobot tempat mereka berjalan kaki di trotoar.
Aku, ngga akan sms-an dan telpon-telponan sewaktu aku memegang kemudi kendaraanku. Ketika aku butuh menelepon, atau sms-an, aku akan menepikan dulu kendaraanku.
aku melakukan itu semua bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diriku sendiri. Untuk keselamatanku sendiri.
Karena pada dasarnya, dengan berpikir untuk keselamatanku, aku pun ikut menjaga keselamatan orang lain.

Buatku, itu adalah cita-cita yang TINGGI, juga cita-cita yang BESAR.


Gatel Mulut

kebanyakan orang indonesia menderita gatel mulut

ga percaya?

coba deh tonton acara tv,
trus itung....berapa kali dalam sehari tayangan infotainment ditayangkan.

uda selese ngitung?

nah..itulah kerjaan orang-orang yang ga ada kerjaan
hehehehe

gatel mulut memiliki beberapa varian antara lain,

1. gatel mulut karna ga tahan untuk ga ngomongin orang lain

2. gatel mulut karna ga kuat nahan untuk ga ngomentarin orang lain

3. gatel mulut karna....emang lagi gatel aja. bisa jadi salah makan terus alergi, bisa juga emang jorok aja. ngehehehehe

walopun sakit untuk mengakui,
aku ini menderita gatel mulut varian 2.
alias suka usil ngomentarin orang lain..
bahkan untuk hal sepele (jelek ya....)

TAPI....suatu hari aku mengalami kejadian yang cukup mengenaskan...
dan lumayan bikin gatel mulutku sembuh...setidaknya untuk beberapa waktu
hehehe

suatu hari, pulang kerja ni ceritanya.
aku n temenku janjian mau shopping gitu deh...beli kebutuhan dapur (hyakhyak)
karna ngga tahan kebelet, sebelum belanja akupun ngacir dulu ke toilet terdekat.
waktu lagi in action melepaskan segala derita yang telah kutahan,
dari luar KBU (ruang toilet maksutnya) aku denger suara temenku,

"Nyunn...masih di dalem ya?aku juga kebelet uy..."

uda gitu, aku denger suara pintu KBU sebelahku dibuka..
dan ada pula suara orang masuk ke dalamnya.
g lama kemudian,
aku mendengar suara kocoran air yang begitu deras...buset...gue pikir...
Aku dengan PD-nya ngomong dengan suara keras,

"Woy Pito...lu pipis apa air keran tuh...deres amat..."

trus, aku buka pintu KBU-ku
dan yang kulihat,

Pito, si temanku yang aku niatin buat kukomentarin itu tuh,
masih berdiri di depan pintu KBU-ku

WADUHHHH...trus yang aku komentarin tadi siapa dong????

secepat kilat aku ngacir dari toilet itu.
uda takut ngebayangin bakal diamuk massa ama orang yang di KBU sebelah, hihihi

ASLI, MALU ABIS...
untung aja orang itu ngga liat mukaku
n ga ketemu pas keluar toilet
kalo ngga...

HIIIIHHH.....

Episode 5: Monumen dan Taman Bungkul

Temanku berbaik hati mengantarku kesana-kemari ketika aku berada di Surabaya. Sambil berkendara membelah malam mengitari Surabaya, temanku itu menunjukkan beberapa ‘monumen’ yang bertebaran sepanjang jalur perjalanan. 
Kenapa aku bilang bertebaran?
Karena emang BANYAK, juga jaraknya dekat. Di bandung juga ngga kalah banyak sih…tapi rasanya monumen2 semacam itu ngga terletak berdekatan. Contohnya, MPRJB di dipati ukur, patung pemain sepak bola di jalan tamblong, patung ikan di daerah lingkar selatan….dan banyak lagi.
Nah, di Surabaya ini,…kayanya antar monumen itu bisa ditempuh dalam waktu 10 menit paling lama. Ibaratnya baru aja di simpang dago ketemu monumen, eeeh…di jalan merdeka uda ada lagi. Belok ke braga, eeehh…ada lagi…heheh patung ikan hiu vs buaya, tentu saja…mascot Surabaya. Trus ada monument yang aku ngga tau namanya, dengan bentuk yang keren. Desainnya simple, Cuma berbentuk balok panjang yang disusun bertingkat.  Tapi didandani dengan tata cahaya yang asik, dan ada air mancurnya. Kalo lagi nyala, kaya menari-nari lho.
 Tapi satu hal yang membedakan monumen2 surabaya dengan bandung: di Surabaya, semua terlihat bersih dan terawat. (bandung kumaha yeuh??)

Setelah kenyang makan angin berkeliling, saatnya untuk mengisi perut.
“Disini nih…tempatnya anak gaul Surabaya kumpul2…” temanku berujar (sebenernya berpromosi sih..) sambil mengajakku mampir ke taman bungkul.

Taman Bungkul itu yaaa…….hmmm….kaya situ buled-nya purwakarta dikawinin ama gasibu-nya bandung, hehehehe
Ada lapangan (kaya di gasibu), yang bisa dipake buat bikin panggung.
Trus, sekelilingnya ada taman, bisa lah buat duduk2….sambil pacaran hehehe
Agak ke belakang dikit, ada playground dilengkapi dengan wahana permainan anak-anak dan kolam (kolam ikan kah?ngga tau juga…waktu aku lewat situ, yang ada balita lagi cibang-cibung dengan hepi-nya hehehe)
Cocoklah buat main bersama keluarga dan anak,….buat yang uda punya..buat yang belum, boleh juga ko main disini hehe
Naah….bagian paling belakang ni yang paling rame. Ada foodcourt cuy….
Ada live music-nya lagi (maksudnya pengamen, tapi bagus lho. Ngamennya niat banget, bawa perkusi segala…vokalnya juga ga main-main)
Stand makanannya cukup beragam, harga juga terjangkau. Tapi buat yang ngga suka makan di tempat yang crowded, mungkin kurang cocok ya. Apalagi aku disitu sedikit roaming denger muda-mudinya ngobrol. Maklum, aku kurang ngerti bahasa jawa hehehe


Hujan rintik sudah berhenti. 
Sambil menyantap bebek kremes, aku pun menikmati malam pertamaku di Surabaya

Episode 4: Selamat Datang di Timur!

Ngga lama setelah aku melihat pemandangan yang sangat luar biasa itu, kereta mulai berjalan perlahan. Rupanya, kita melewati jalur yang beberapa hari lalu longsor. Aku uda balik lagi ke tempat dudukku. Dari balik jendela, bisa kulihat rel yang baru selesai diperbaiki.
Kereta berjalan dengan sangat…sangat…sangat pelan, dan menjadi sedikit miring ketika melintasi rel itu. 

Sedikit syerem…

09.45
Stasiun Tasikmalaya. Kereta berhenti sejenak untuk menjemput penumpang, berhenti bersebelahan dengan kereta ekonomi.
Aku jadi mikir………kalo aku jadi naik kereta ekonomi, apa rasanya ya. Naik yang ini aja diperkirakan 13jam perjalanan…fiuh….

15.30
Stasiun Solobalapan.
Stasiunnya lucu, peron-nya warna merah-putih. Suasana tradisional kerasa banget…vintage, hehehe
Sayang kita cuma lewat aja di stasiun ini. 

17.45
Kereta kita memasuki stasiun yang selalu berhutang, yaitu stasiun NGANJUK…hehehe (yang orang jawa, jangan marah ya. di bahasa sunda nganjuk emang artinya ngutang *__^ )

20.05
Setelah 13jam perjalanan, pantat tepos, sebotol air mineral, dan 2 buah donat habis kulahap……….. akhirnya tiba juga. Surabaya, aku datang!!

@__________@

Udara hangat dan sedikit lembab menyambut kedatanganku.
Rupanya, Surabaya sedang diguyur hujan rintik-rintik.

Episode 3: so amazing that......

Pukul 06.45, kunaiki kereta. Aku cari-cari nomor kursiku, 5D...yes...dekat jendela. Konon, pemandangan jalur selatan yang dilewati keretaku nanti sangat indah. 
Tapi...ternyata uda ada yang nempatin doong...seorang gadis yang duduk bersama ayahnya (kurasa itu ayahnya, hehe). “Mbak, duduk disini ya?” tanya gadis itu. Aku menganggukkan kepalaku.
Dia kemudian berdiri, melangkah keluar bersama ayahnya. Kulihat ayahnya menenteng helm...oh, Cuma nganter doang ternyata. “Mbak, saya mau deket jendela ya!” katanya sambil berdiri.
Haah…apa boleh buat, aku mengalah deh.... apalagi belakangan aku baru tau, dia juga baru pertama kali banget perjalanan jauh sendirian. Dan lagi, dia turun di jogjakarta. Masih ada harapan aku dapet tempat duduk dekat jendela, hehehehe 
Aku melihatnya menitikkan air mata sambil melambai keluar jendela, ke arah ayahnya yang melepas kepergiannya. Lalu dia memandangku dengan wajah malu, aku cuma tersenyum membalas tatapannya.

Jamku menunjukkan pukul 07.10 ketika kereta perlahan bergerak meninggalkan stasiun.
Baru beberapa lama, aku sudah merasa boring....gatel pantat hehehe
Jangan mikir jorok dulu, gatel pantat maksudnya aku uda ngga betah duduk.

07.45, kereta melewati garut. Aku beringsut pergi dari kursiku menuju perbatasan gerbong. Itu tuh, daerah yang ada WC-nya. Aku melihat pemandangan di luar..........SUBHANALLAH............indah banget.
Dari jendela kereta yang retak (ya, RETAK!), terlihat lembah di bawah, juga persawahan yang menghijau. Kabut tipis masih menyelimuti. Matahari baru menyembul dari balik awan, memancarkan semburat warna lembayung di langit yang masih temaram. Menciptakan pencahayaan yang membawa suasana magis. 

Tak sadar aku menahan nafas. 
Entahlah, aku benar-benar kehilangan kata untuk menggambarkan suasana yang kurasakan saat itu. 

Episode 2: Panic at The Station

06.10, aku tiba di stasiun bandung.
Aku melangkah menuju peron dengan hati berdebar. Maklum, ini kali pertama aku melakukan perjalanan jauh lintas jawa memakai kereta api. seorang diri lagi…. 
Campur aduk antara perasaan khawatir sekaligus girang…memikirkan akan seperti apa perjalanan nanti.
“Selamat Pagi............” petugas peron menyapaku dengan ramah sambil memeriksa karcisku. Baru saja beliau menerima karcis yang kusodorkan, tiba-tiba saja aku ‘diseruduk’ dari belakang. Gile booooo..........aku sampai terdorong ke seberang pintu. 
Aku menoleh ke belakang, 
ADA BANTENG DI STASIUN!!!
(hahah…lebay…emang hutan, masih ada banteng berkeliaran)

apakah gerangan yang menyerudukku itu?
Ternyata hanya seorang bapak-bapak yang dengan tergopoh nan heboh, juga berkata dengan suara keras pada wanita yang diduga istrinya,  ”HAYU MAH!!!”
Rupanya bapak Serudukwan (begitu aku menamainya...hehehe) itu penumpang argo gede yang harusnya berangkat pukul 06.00. Sambil panik, Pak Serudukwan bertanya dengan nada tinggi, “ARGO GEDE JALUR BERAPA?JALUR BERAPA??”
Petugas peron dan aku hanya saling bertatapan penuh arti. Bukan, bukan karena kami ada hubungan spesial,.....barangkali kami sama-sama mengerti tentang bapak tadi. Dengan tenang beliau berkata, “Sebelah sana pak...(sambil menunjukkan nomor jalurnya)....keretanya juga belum akan berangkat kok pak”

Halah....pikirku. Panik ni ye....

Aku memandang jam ditanganku. 
Masih ada waktu untuk cari sarapan  ^________________^

Episode 1: Bandung yang Kurindu

Matahari belum juga nongol ketika aku beranjak pergi dari tempatku menginap semalam, kost-an temanku yang terletak di daerah dago pojok.
Duingiiin……….
Orang-orang belum pada bangun, jalanan masih sepi. Hanya segelintir orang saja yang berpapasan denganku di jalan. Sambil jalan aku berpikir, kok kaya maling kesiangan ya…..
keluar kostan tadi aku berjalan mengendap-endap, karena tidak ingin membangunkan teman-teman yang masih terlelap. Uda gitu, bawa gembolan lagi…backpack besar ditambah sebuah tas lagi kujinjing….tinggal tutup muka pake sarung ala ninja, jadi deh maling kesiangan hahahaha

HMMMMMMMMMMM……kuhirup lagi udara pagi. Segar .

Tak lama, angkot jurusan dago-stasiun datang. Hup! Segera saja aku naik. Meskipun waktu di jam tanganku masih menunjukkan pukul 05.45, aku tak mau ambil resiko. Kereta yang akan membawaku ke Surabaya berangkat pukul 07.00, jadi paling telat aku harus tiba di stasiun pukul 06.30. Berhubung kali ini aku jadi angkoters……waktu perjalanan jadi tidak bisa diprediksikan secara pasti. Ada faktor angkotnya ngetem nunggu penumpang, belum lagi faktor macet ketika melewati pasar di simpang dago,......belum lagi faktor mang supir yang santai bawa angkotnya....

Ternyata benar saja,angkot yang kutumpangi berjalan perlahan menuruni jalan dago yang masih sepi dan lengang.
Seiring dengan roda angkot menggelincir menuruni ruas jalan dago, aku melihat sekeliling.
Simpang dago, dengan pasarnya yang selalu hidup
Deretan Factory Outlet yang masih tutup 
SMANSA, sekolah yang jaman aku muda dulu terkenal dengan tawuran massal-nya hahaha
Kartika sari, yang pisang bolen-nya masyur seantero nusantara (iya gituh?hehe)
Flyover Pasupati...’calon’ icon bandung
Melihat pemandangan sekeliling yang begitu ‘bersih’, ditambah remangnya suasana pagi....aku berpikir....ahhhhh.......
inilah suasana bandung yang kurindukan selama ini. Udara khas yang segar di pagi hari, nggak dinodai kesemrawutan lalulintas maupun bisingnya klakson kendaraan bermotor. Sejenak mengusir kepenatan akan rutinitas harian yang lama bertumpuk di pundakku.

Hatiku pun menjadi sejuk. 
 

Saat Lebaran Tiba

Dan lebaran pun tibalah. Gegap gempita suara takbir, kadang diselingi suara pedas dari ledakan petasan dan kembang api. Siapa sangka, sebulan ramadhan sekejap saja sudahh berlalu?
Terlepas dari segala perayaan, ada sesuatu yang aku rasa berbeda. Entah kenapa, suatu perasaan tak lazim tersilap di relung hatiku.
Lebaran tahun ini, terasa sepi.
Tahun ini, keluarga kami ngga mudik. Tapi bukan hal itu yang mengundang rasa sepi itu datang. Rasa sepi itu datang, ketika aku tersadar akan SIAPA-SIAPA saja yang telah tiada pada lebaran kali ini. SIAPA-SIAPA saja yang telah berpulang sebelum lebaran datang, …..
Setelah shalat ied, biasanya kami akan berkeliling mengunjungi rumah para sesepuh, sungkem dan bertemu keluarga yang lain. Merepotkan memang, hehehe tapi rasanya itulah jamuan paling luar biasa di hari raya; bukan baju baru, angpau lebaran, kue-kue yang berlimpah,….ataupun aneka ria masakan khas lebaran. Ngga afdol rasanya kalo ngga sungkem ke tempat para sesepuh dikala lebaran, hehehe
Tahun ini dan tahun lalu, kami banyak kehilangan para sesepuh.
Sehingga sekarang, saat lebaran tiba, di kota kami hanya tinggal seorang saja dari mereka.
Kalau tahun-tahun kemarin kami sibuk ‘mengatur jadwal’ rumah mana yang akan dikunjungi terlebih dahulu, sekarang ngga lagi. Ngga ada semua kerepotan itu. Di kota kelahiranku ini, kini hanya satu rumah saja yang menjadi tujuan.
Sebenarnya ngga adil memang, kalau aku berpikir mereka semua akan selalu ada di perjalanan hidupku. Karena, ngga ada yang abadi kehidupan ini. Setiap mahluk yang bernafas, punya waktu hidupnya masing-masing, punya peran masing-masing dalam waktu-waktu tertentu....semua, pada waktunya akan mendapat peran sesuai dengan takdirnya. Dan, peran mereka sebagai sesepuh sudah mereka tunaikan, sehingga tibalah waktunya mereka untuk beristirahat; menyerahkan tongkat estafet pada generasi yang selanjutnya.
Tapi, bagi kami yang ditinggalkan dan diberi peran, butuh waktu untuk ‘membiasakan diri’. Mungkin selama ini kami biasa manja, biasa dilindungi dengan keberadaan mereka para sesepuh. Dan ketika mereka tiada, seakan-akan kami merasa ditarik paksa dari dunia nyaman kami itu menuju belantara realita dimana kami disambut dengan segenap gundah segumpal rasa hampa karena kami tersadar,  ketika mereka tiada, siapa lagi yang kami punya?
Tapi, itulah takdir.
Walaupun sedih mengenang mereka yang telah tiada, perjalananku masih panjang. Dan ketika kulihat di sekeliling....masih ada wajah-wajah yang kukenal yang memberikan senyuman dan mengulurkan tangan.
Aku tak sendiri!

Untuk semua, selamat idul fitri...semoga amal ibadah kita semua diterima oleh-Nya, dan diampuni segala kekhilafan yang pernah kita lakukan. Semoga kita masih diberi waktu yang panjang, untuk bertemu ramadhan-ramadhan selanjutnya

je je es (bagian tiga)

Puas ngadem, aku keluar lagi dari toko megah itu
Aku panggil deh itu mang becak yang lagi mangkal di perempatan.
“Pak, ke pasarbaru berapa?”
“Lima belas ribu neng…”
“Wah?ngga kurang pak?” 
“Jalannya jauh neng”

Nah, itu aku lagi duduk manis di becak. 
Sebenarnya, adala alternatif alat transpor yang lebih mudah dan lebih murah. tapi, aku kan lagi pura-pura jadi turis. 
Turis yang ngga tau jalanan bandung.

Duduk manis, senyam-senyum.....ngga pake nyengir lebar, takut dikira kuda naik becak. Yang nyengir lebar banget kaya gitu kan cuma kuda, hehehehe

Maklum, udah bertahun-tahun sejak terakhir aku naik becak. Dan sejurus kemudian aku benar berdebar-debar. Bukan, bukan karena excited , tapi beneran sport jantung karena mang becak dengan gagah berani menerobos arus lalu lintas…… yang arahnya berlawanan dengan arah tempuhku   ~___~ !
Pertaruhan nyawa demi 15 ribu rupiah saja sodara-sodara!

Memasuki daerah pasarbaru, ada yang lebih heboh berkendara becak, 3-4 becak berjalan beriringan…bersusulan sebetulnya.
“Wahahahaha….pak!! kejar becak depan pak!!”

halah…beneran turis kayanya. Kasihan dia, mungkin dia seorang pembalap. Jiwa pembalapnya begitu mendarah daging, sampai-sampai menciptakan becak race seperti itu. 
Atau dia kegirangan karena di tempatnya kini becak sudah punah. Disingkirkan atas nama ketertiban. 
Mang becak apek kah?panas-panas gini harus mengayuh becak dengan tenaga ekstra demi customer satisfaction. Atau malah engkau senang?

Wah, jauh emang ternyata, dari jln.ibu inggit - pasarbaru. Maaf ya mang becak, bukan maksud menyiksamu diterik panas ini. Sungguh aku hanya penumpang! 

Nah, itu aku turun depan tangga pasarbaru.
Makasih ya pak. Mengantarkanku selamat sampai tujuan dengan mempertaruhkan nyawa demi…ah…demi apakah bapak? Sedikit rupiah untuk keluarga yang menanti di rumah?

Itulah, aku yang menaiki tangga untuk memasuki mall pasarbaru. Segera saja aku disergap dengan suara gordes seorang gadis.
“BELANJA……..BELANJA………..BELANJA.....pak, bu…sepatunya…sendalnya…”
ow, sungguh suara yang luar biasa. Hingga aku naik ke lantai dua pun, masih terdengar. Belakangan, di toilet aku berjumpa lagi dengan si pemilik suara itu. Sambil cuci tangan aku curi-curi pandang padanya, lewat cermin didepanku. 

Jangan mikir jorok dulu.........dia itu cuma cuci muka. Aku juga cuma cuci tangan...supaya tidak jorok tentunya. Kuperhatikan, ternyata dia cuma gadis kecil. Paling seusia anak SMA. Dari tubuh mungil itu tersimpan tenaga yang luar biasa rupanya. Ada pengeras suara built-in di tenggorokannya, hehehe

Putar sana, putar sini, pilih barang, tawar harga…kulihat jam di tanganku, rupanya sudah semakin siang. Belok kanan, belok kiri…iiiih…..eskalator yang turun ada dimana sih? Bingung. 
Sebelah sini…eh? Kok naik semua?? 
Sebelah sana? Naik juga….
yang turun sebelah mana??
Penataan yang aneh. 
Sepintas teringat omongan ayahku, 
“itu sengaja de, biar orang-orang ngga langsung turun. Ngga langsung pulang. Muter-muter dulu liat dagangan”

benarkah??

Ah! Ketemu!
Bergegas aku turun, sambil mendengar tukang teh botol menjajakan dagangannya,
“Teh botol…teh botol….beli teh dua botol dapet tanda tangan saya gratiss!!”

je je es (bagian dua)

Udah sampe nih.
sampe mana? Ya itu. Tempat tujuan aku jalan-jalan dong. Kamu ngga tau tempatnya?
ah, kasian sekali kamu. Aku kasi tahu deh.aku kan baik ^________^

Daerah alun-alun mesjid raya bandung. Ngga, aku ngga mau main di alun-alun. Aku mau ke jalan dalem kaum.

Nah, itu aku lagi jalan. 
Ceritanya udah selesai puter-puter dalem kaum dan pasar kota kembang.
Berlanjut nih isengnya. Maka dari itu aku jalan ke otista…menyusuri jalan. Sambil liat kanan-kiri tiap lewat perempatan jalan. Bukan, bukan karena waspada mau menyebrang. Itu aku lagi liat-liat, jalan ini menuju ke mana ya?

Oh,itu ke makam pahlawan dewi sartika

Oh,, itu ke ITC kebon kalapa

Oh, itu kemana ya? Aku ngga tau, hehehe

Jalan lurus terus menyusuri trotoar
Di emper toko, kujumpai PKL…sepasang pria-wanita berwajah bingung, kelelahan…dan bawa gembolan teramat besar. Pemuda yang hanya duduk saja sambil melamun. Tukang parkir sedang duduk saja di depan toko, sambil ngobrol dengan (mungkin) temannya.Daaan…tak ketinggalan, pengemis. Itulah wajah kotaku.

Sejenak aku terusik dengan pemandangan di depanku. Seorang ibu duduk di emper toko, dengan mangkok plastik tergeletak di depannya. Mengemis.
Kurogoh kantong belakang celanaku, kukeluarkan semua isinya, yang kutahu tidak banyak.
“hatur nuhun neeeenggg….semoga…bla..bla..” serentetan doa terucap dari bibir keringnya, sebagai ungkapan terima kasih.

Ibu,
Seharusnya bukan ibu yang berdoa. 
Seharusnya aku yang berdoa, Ibu, 
semoga ibu tak harus berada di jalanan lagi.

terakhir, aku lihat papan petunjuk jalan;
Lurus : lapangan tegallega, leuwi panjang
Kanan : Pasirkoja

Lho? Ini mah bentar lagi aye keluar kota bandung atuh hehehe

Hmm. Jalan ibu inggit garnasih.

Cape ah, panas lagi. 
Tuh, itu aku lagi nyebrang. Masuk toko megah yang jual baju muslim-kerudung dan aneka ria perlengkapan muslim lainnya.
Bukan, bukan mau beli sesuatu. 
Aku cuma mau ngadem sejenak di toko megah ber-AC itu hehehe

je je es (bagian satu)

Berhubung hari ini libur maka dari itu aku ngga kerja. Ow, nikmatnya hari libur. Maka pergilah aku buat melaksanakan je-je-es seputar bandung.

Aku mau pergi naik bis. Karena itu aku naik ojek sekarang. Kan bisnya ngga bisa nyegat depan rumah. Jadi naik ojek dulu. Sepanjang jalan sungguh semarak. Bendera parpol aneka ria, spanduk foto caleg aneka rupa dihiasi aneka titel yang mereka miliki ditulis juga, dibumbui jargon-jargon yang sesungguhnya tidak khas.

Calon wakil rakyat yang terhormat, sadarkah engkau setelah 9april nanti semua spanduk, bendera, stiker, baligo itu akan menjadi sampah belaka?
Betapa banyak uang yang kau keluarkan hanya untuk menciptakan sampah.........
Please vote for earth!! 

Matahari siang panas menyengat. Itu aku lagi di pinggir jalan, menunggu damri patas ac dengan sabar. Iya dong sabar. Orang sabar kan disayang tuhan….

Cukup lama aku nangkring di pinggir jalan. Damri pun datang. Oh, sungguh penuh sesak. seorang teteh yang tadi nunggu bareng aku bilang,
“bisnya penuh, soalnya dari arah sana-nya (sambil menunjuk arah cicaheum) macet.”
Oh...itu aku ngga tau. Pantes bisnya penuh banget, rupanya di cibiru, tempat akhir tujuan bis trayek itu, sudah terjadi penumpukan penumpang. adi aja, aku yang naik dari arcamanik dapet tempat panyesaan.

Yaaa, ngga apa-apa deh berdiri juga. Yang penting bisnya ademmm….anggep aja naik skateboard gede. sambil jalan aku dengar radio (Itu bisnya yang lagi jalan. Bukan akunya yang jalan-jalan di bis ya. Aku mah cuma berdiri doang)

Hmmm..apa ya radionya?aku ngga tau. Tapi aku tau yang lagi siaran. Itu tuh, presenter yang cukup punya nama. Farhan apa gitu hehehe
Lagi baca-in sms dari para pendengar.
Ow, rupanya tema hari ini adalah ‘sing sopo-sopo masih inget grup lawak jadul n sebutin anggotanya’

Lalu, datanglah itu sms,……ada yang jawab bagito….ada srimulat, ada BKAK...(heuh??) ada trio warkop jugaa grup apa lagi entah apa itu namanya aku ngga ingat, tapi anggotanya itu macam bing slamet dkk (kamu ngga tau? Wajar…itu grup popular jaman ortu kita muda dulu) daaan….sederet grup lawak lain yang cuma aku ingat selintas-lintas saja.

Lalu, apa yang menarik?
Itu, tiba-tiba saja ada sms nyeleneh. Kira-kira bunyinya gini, ‘kirain ada grup lawak mana lagi manggung di gasibu..sampe bikin macet 4 km. taunya kampanye partai dem***at’
(maaf ya sensor,ga etis nyebut merek. Yaaa kalo kamu penasaran aku kasi petunjuknya ya. Itutuh, partai yang mempopulerkan presiden kita sekarang ini. Yang lambangnya mirip Mitsubishi tiga berlian itu. Warna merah putih biru)
HAHAHA….aku pikir bener juga. Dagelan politik paling yahud yang cuma dateng 5 tahun sekali. Pantesan tiap kampanye banyak banget yang suka ikutan.
Tapi aku ngga suka. Kampanye gitu bikin macet. Belum bisingnya kendaraan yang mencet-mencetin klaksonnya. Belum baru-baru ini ada berita, ada yang meninggal gara-gara jatuh dari truk waktu lagi konvoi.

Hmm....!

Filosofi Saguaro


Perkenalkan, namanya Saguaro. Kalau suka lihat film-film koboi atau film-film bersetting gurun (atau padang pasir), pasti sudah kebayang siapa si Saguaro ini. IYA, itu tuh…kaktus tinggi plus begang (= kurus) kaya’ tiang listrik yang sering jadi icon padang pasir.
Saguaro emang gak cantik. Gak seputih melati, atau semenarik mawar merah. Warnanya cumaijoButek. Botak. Begang. Berduri lagi!. Tapi dia pintar. Dia istimewa. Padahal, asal tahu aja, ...badannyagak bohai. Cuma bentuk silinder. Sama sekali gak menarik. Tapi ternyata, itulah caranya meminimalisasi penguapan. Badannya juga gak mulus. Bergalur, mirip akordion. Tapi justru itulah yang membantunya tetap bertahan di iklim gurun. Galur-galur itu akan mengembang manakala menyerap air, lalu mengempis ketika cadangan air menipis. Saguaro juga berduri. Tapi itulah yang membuatnya pintar. Karena dengan duri itu dia bisa melindungi diri dari binatang haus yang bakal menggerogoti dirinya.
Saguaro emang sama sekali gak cantik....
tapi apa sih artinya sebuah keindahan fisik dibanding apa yang ada di dalam?
OK, penampilan bukan yang UTAMA, walaupun memang yang PERTAMA (dilihat). Tetapi bukankah lebih indah jika kita mengetahui dan dapat mengerti sebuah ESENSI, HAKIKAT, dibanding materi (baca: FISIK) yang suatu saat akan lekang, hilang, dan terlupakan?
Saguaro emang ga secantik mawar, melati, anggrek atau yang lainnya. Tapi dia ga MANJA. Dia PANDAI. Dia TAHAN BANTING. Dia sanggup bertahan di lingkungan yang ganas, panas dan gersang. Dengan segala ketidakcantikannya itu, dia sanggup bertahan lebih lama. Percaya atau ga, umurnya dapat mencapai dua ratus tahun lebih. Dua ratus mungkin cuma kuantitas semata. Cuma hitam di atas putih. Tapi bayangkan, dua ratus sebagai sebuah kesempatan besar, yang ga datang dua kali....
Betapa rugi kalau kita mengabaikannya, hanya karena kita berpikiran sempit; lalai menangkap nomenon, selalu terpaku pada fenomenon saja....

Teori Bunglon

“ Tahu bunglon?”
Bunglon?”
Iya…..bunglon, binatang itu lho…”
Oh…..binatang mimikri yang bisa berubah-ubah warna kulitnya itu, kan?”
Benar”
Memang, apa istimewanya?”
Pernah perhatikan, kapan saja bunglon berubah warna?”
Ketika beradaptasi dengan lingkungan ia berada...”
.......juga sebagai mekanisme self-defense
Menurutmu, sepantasnya bunglon hidup dimana?”
Ya di hutan, atau, di kebun binatang, yah..di tempat yang banyak pohon-pohon gitu deh…”
Oh ya, tapi...di sekitar kita banyak bunglon berkeliaran lho!”
Ah, masa??Kok, gak pernah kelihatan?”
Coba lihat lebih jeli...bunglon-bunglon itu bisa saja berada di antara teman-temanmu, pacarmu, relasi bisnismu....pokoknya, di antara orang-orang yang kau kenal...”
Maksudnya?”
Ya itu, bunglon yang berkulit manusia. Bunglon yang didepanmu bisa tertawa dan tersenyum manis, menangis terharu, selalu memujamu..tampak menyenangkan, selalu berkata apa yang sesuai dengan keinginanmu.Ya, bunglon semacam itu ”
Apa kau mencoba bilang, orang-orang seperti itu sesungguhnya gak bisa dipercaya?”
Bukan..hanya saja aku bertanya-tanya, orang-orang yang tampak perfect, tampak baik, apakah benar mereka seperti itu....
Kau percaya akan ketulusan?”
Ya, tentu saja, walaupun terkadang terdengar seperti sebuah utopia”
Apakah bunglon memiliki ketulusan?”
Ya,....tergantung...bisa ya, bisa juga tidak. Ketika bunglon berganti warna kulit demi menyenangkan siapa yang dihadapinya, bukankah itu salah satu bentuk ketulusan?”
Ya, bisa juga. Tapi, ketika bunglon berganti warna kulit sebagai mekanisme self-defense, apakah disana masih ada sebuah ketulusan; ketika ada sesuatu yang ditutup-tutupi?”
Tergantung juga...self-defense untuk apa. Sekedar menyelamatkan muka, atau mempertahankan hidup? Kukira, itu hak setiap individu. Walaupun, sebuah ketulusan sebenarnya dinilai ketika kita menunjukkan diri apa adanya, mengungkap fakta, dan tidak memanipulasi...”
Jujur, maksudmu?”
Ya”
Tapi, bunglon kan jarang sekali memperlihatkan wajah aslinya...lalu dimanakah ketulusan dan kejujuran itu tersimpan?”
....apa pernah, kau teliti bunglon dari sisi lain? dalam hati mereka ingin dunia menerima mereka apa adanya, meskipun mungkin ia buruk rupa. Sekarang, tanya pada dirimu sendiri, apakah dirimu cukup tulus dan cukup jujur untuk menerima sosok bunglon apa adanya?”
Maksudmu, semua salah kita, yang cenderung menilai kulit; sehingga bunglon-bunglon itu lahir?!”
...semacam itu lah...”
Bagaimana,jika, ia memang benar-benar bunglon, tidak punya kejujuran apalagi ketulusan??”
Ya biarlah, selamanya ia menjadi bunglon. Memperdaya diri dengan kepalsuan dan topeng-topeng yang ia cipta...”
Lalu, kita harus bagaimana?”
Cobalah menjadi bijak....apa yang kau tebar, itulah yang kau panen...
seperti itu kan, hukum alam?”

Tetralogi Bokek





BOKEK part I


MENYAKITKAN…
ketika keinginan kita terkekang oleh materi dan harus pupus karenanya..
namun apa boleh dikata, kita hidup di dunia yang begitu menuntut akan adanya materi


BOKEK part II


Berulangkali kukatakan pada diriku sendiri, I’M A FREEMAN !
aku manusia BEBAS !
orang yang MERDEKA !
tiada satu hal pun di dunia ini yang kan sanggup mengekangku, keinginan-keinginanku, cita-citaku, juga mimpi-mimpiku...kecuali hukum yang telah ditetapkan-Nya.
Tetapi ketika kuterbentur pada nyata, kusadari ku hanya seorang UTOPIS sejati...


BOKEK part III


Sebenarnya aku benci kondisi ini...


BOKEK part IV


Kuanggap masa-masa itu telah berlalu. Kututup mata dan telinga terhadap semua itu. Kita tak kan mati karenanya. Ia tak ada pun tak apa. Toh bernafas masih gratis!
Coba perluas cakrawalamu, ganti kacamatamu agar bisa kau pandang hidup lebih jernih.
Coba rasakan sejuknya angin yang bertiup dan hangatnya sinar matahari;
Lalu bersyukurlah masih bisa kau nikmati itu semua!
walau mungkin hanya itu yang kita punya....

Di Ambang Pintu


Seorang anak duduk diam. Tatapannya menerawang, jauh memandang cakrawala. Dan dia bertanya pada sang Ibu, “ Ibu, seperti apakah dunia di balik cakrawala itu ? “ dan sang ibu menjawab, “ Untuk mengetahuinya, Nak, kau harus mencari jalan menuju cakrawala “.
Lalu si Anak berkata, “ Biarkanlah aku menempuhnya “. Sang Ibu berkata, “ Belum saatnya kau menempuh perjalanan itu, Nak. Kau masih muda, cukuplah kau berada di sisiku saat ini.”
Si Anak membantah, “ Lalu cukupkah aku hidup berbekal kenangan masa lalu dan hanya diam? Hanya pasrah menjalani semua yang telah terhampar? Sementara itu, dunia tidak berhenti berputar, semua orang melangkah maju….haruskah aku hanya diam, membatu, tak bergeming?? Tidak Bu, tidak….bukan ini jalan yang ingin kutempuh. Aku tak ingin ada penyesalan, kelak di kemudian hari, hanya karena aku merasa cukup dengan hidupku hari ini!”


Dan pada suatu hari, si Anak menemui ibunya. Dipandangnya wajah sang Ibu, ditatapnya kedua bola mata sang Ibu. Lalu dia berkata, “ Ibu…telah tiba saatnya untukku melangkah pergi”. Dan sang Ibu berkata, “ Jika itu memang keinginanmu, maka pergilah!”
Dengan berat, sang Ibu melangkah ke ambang pintu, mengantar si Anak. Di ambang pintu, sang Ibu berpesan, “ Wahai anakku….jalan tak selalu lurus,…… jalan tak selalu mulus. Tapi tegarlah selalu. Jangan pernah hilang keyakinan…yakinlah pada jalan yang kau pilih, selama itu adalah jalan menuju kebaikan dan kebenaran. Tiada jalan yang tak berujung…….
dan ketika siang mulai berganti malam, lalu gelap menyelimuti tapi kau tak kuasa untuk menemukan cahaya, lihatlah pada dirimu,jauh…jauh.. ke dalam
niscaya ada sinar di sana. Biarlah sinar itu menuntunmu…
Jangan pernah menantang langit…ingatlah bahwa kau adalah manusia!
Nah, Anakku…jika tekadmu sudah demikian membaja, maka pergilah. Dan jika kau telah temukan jawab dari segala pertanyaanmu akan dunia di balik cakrawala, kembalilah, pulang….”


Kemudian sang Ibu melepas putra tercintanya. Setitik airmata mengalir di wajahnya. Sambil memandang langkah-langkah yang semakin menjauh, perlahan sang Ibu menutup pintu, dan berharap masih ada sisa usianya untuk dapat mendengar suara langkah-langkah yang kembali mendekat…..


Doaku Hari Ini


Tuhan,
dengarlah pinta hamba-Mu ini.
beri aku kesabaran,
akal yang selalu bijak
jauhkanlah dari kepicikan,
rasa dendam dan amarah

Tuhan,
aku nggak minta diberi kekuatan menjadi manusia super
tapi beri aku kekuatan, supaya aku bisa mandiri
dan nggak lagi terlalu bergantung pada orang lain,
dan berhenti merepotkan semua orang.

Tuhan,
aku nggak minta jadi orang kaya raya bergelimang harta
cukupkan saja rizki untukku,
serta beri aku hati yang bersih
supaya aku bisa selalu tulus memberi


Amiin.

Nostalgila Kereta

ini cerita beberapa tahun lalu, jaman aye masih muda dulu hehehe
waktu itu, lagi giat-giatnya nyari bahan buat nyusun skripsi. Karna alasan itulah, aku dan 3orang temanku  bertolak ke Jakarta, dengan tujuan perpustakaan JF. Kebetulan, ada seorang teman yang memang domisili Jakarta, jadi kita memutuskan untuk menginap di rumahnya dalam perjalanan mencari bahan skripsi,,hihihi
baru aja sehari nginep disana, Jakarta dilanda banjir besar. Emang sih, rumah temanku itu ngga ikut kebanjiran. Tapi lingkungan sekitarnya yang kebanjiran….otomatis akses kita buat kemana-mana jadi terhambat. Uda gitu, pake acara ga ada pasokan listrik dan pasokan air pula.
Akhirnya, di hari ketiga aku dan seorang temanku memutuskan untuk kembali saja ke bandung, khawatir banjir meluas dan kita ga bisa pulang berhari-hari. (sebenernya alasan utama sih karena orang rumah uda nelponin terus minta kita pulang aja, karna khawatir gara2 liat berita di tv tentang banjir di Jakarta yang begitu spektakuler..hehehe)
Bertolaklah kita ke stasiun terdekat…..yaitu stasiun jatinegara, naik metromini. Nyampe lah kita di stasiun. Dengan segera akupun menghampiri itu loket penjual tiket..
“Pak, tiket ke bandung dua ya….” Kataku pada petugas yang mangkal disana.
“Bisa aja de,….tapi keretanya agak terlambat dating, karena di gambir-nya banjir” kata bapak itu
“Ngga apa-apa pak, yang penting saya bisa pulang ke bandung malam ini….emang kira-kira jam berapa keretanya dateng?”tanyaku lagi
“Jam7-an….” 
Oh yasud, gapapa,…gitu pikirku. Ga telat2 amat. Akupun memesan dua tiket, untukku dan temanku.
“Nyun, temenin solat magrib dulu ya..” itu temenku yang ngomong.
“OKEH” ini aku yang menjawab. Saat itu, waktu menunjukkan…yaaa..kira2 pukul 6 sore lah.lebih dikit.
Setelah solat, aku dan temanku duduk manis di peron menunggu kereta yang mau ngangkut kita ke bandung.
Satu jam berlalu…
Satu jam setengah….
Dan…dua jam pun berlalu. Saat itu jam menunjukkan pukul 20:30. Temanku pun mulai gelisah gundah gulana tiada terkira, dan akhirnya iapun membuka mulut…bukan, bukan mangap.tapi mau ngomong sama aku.
“Nyun…uda jam segini keretanya ko belum dateng ya?”
“Iyaya…..coba aku tanya kesitu deh” kataku sambil menunjuk sebuah ruangan yang berada di tengah peron. Aku datengin deh bapak2 yang ada disitu, dan bertanya,
“Pak, kereta ke bandung jam berapa ya datengnya?”
“Wah, udah lewat neng..”
“HAH??MASA SIH PA??jam berapa?”
“ya tadi, setengah 7….”
“Lho, kata yang jual tiket tadi datengnya telat, jam7-an baru dateng dari gambir…”
“Ngga ko neng, datengnya sesuai jadwal”
Halah…halah..halah….bagaimana ini bagaimana??? Rupanya kereta dateng waktu aku dan temenku lagi solat.
“Aduh, gimana dong pa? saya ketinggalan. kereta selanjutnya yang ke bandung jam berapa?”
“Kalo yang parahyangan, yang tadi itu terakhir. Yang selanjutnya ditunda sampai besok pagi karena banjir”
TWIIIIWWWW…..aku semakin gundah gulana gelisah tiada terkira
Tapi kemudian, si bapak itu berkata lagi, “Ada satu lagi yang lewat bandung, CITRAJAYA, berhenti di stasiun kiaracondong. Ini yang terakhir lewat bandung”
“Oh gitu?saya boleh ngga naik yang itu?”
“Boleh aja sih, tapi ngga sayang gitu neng, kan tiketnya bisnis. Ini kereta ekonomi”
“Ngga apa-apa deh,yang penting saya bisa pulang ke bandung malam ini pak”
Akupun memberitahu temanku tentang obrolanku tadi dengan si bapak. Kita pun akhirnya naik itu kereta….
Ternyata….gerbong yang kita naikin, ngga ada lampunya.uda gitu, kakek2 yang duduk di belakang kita agak2 nyentrik gitu. Suka pindah2 tempat duduk seenaknya, tapi kalo ada orang yang dudukin kursi belakang kita itu, dia marah2 sambil bilang,
“ITU KURSI SAYA ITU…..KURSI SAYA!!!”
Booooo….suraaaaammm…..
“Ni, ko diem aja?” itu aku bertanya pada temanku
“Ngga…ngga ko….” Itu temanku yang menjawab. Tapi bisa kulihat ketakutan berkolaborasi dengan kekhawatiran muncul di wajahnya. Gimana engga, kereta ini uda suram, ga ada lampu, banyak preman..walah…walah..
Ga lama kemudian, dateng pak kondektur, begitu melihat karcis kita, beliau berkata,
“Wah, ini ko penumpang parahyangan?”
“Iya pak, kita ketinggalan kereta. Ini lewat bandung kan pak?berhenti di stasiun kota ngga?”
“Ngga, berhentinya di kiaracondong…”
Wah….yassud gapapa lah, toh dari  kiaracondong dekat ke rumah. Bisa minta jemput sama orang rumah. Mungkin karna kasian ama kita berdua, akhirnya pak kondektur memindahkan kita ke gerbong makan…ya lumayan lah penampakannya sama kaya gerbong bisnis…pake kipas angin.tapi duduknya bertiga-bertiga.
Setelah dapet tempat duduk, aku mencoba membuat diriku senyaman mungkin.temanku minta tukar, dia ngga mau duduk di tengah.maunya duduk deket jendela…padahal, waktu aku liat, jendelanya kacanya bolong dooong…..segede gelas air mineral. Ko aku bisa tau ukurannya segitu? Jelas aja bisa dong, soalnya itu jendela bolong emang disumbat pake gelas plastic. Rupanya ada orang yang kreatif…walopun primitive hehehehe
Yasudah….aku akhirnya duduk di tengah, temanku di pinggir dekat jendela. Kerteta pun mulai bergerak maju…..ga lama kemudian, orang  yang duduk depan temanku mulai semena-mena. Dia tidur dan mengangkat kakinya ke kursi seberang…dan menyelipkan kakinya dekat temanku.
Serta-merta temanku berbisik…”Nyun,….BAU kaki euy…..” aku Cuma cengengesan. Abisnya, aku tawarin buat tukar  tempat, temanku tetap ngga mau.yasudah….
Lewat tengah malam, kamipun tiba di stasiun kiaracondong.

Beberapa hari terlewat sejak peristiwa itu. Aku masih menanggapinya dengan santai, bisa cerita dengan ketawa-ketiwi pada setiap orang yang bertanya, menganggapnya sebagai pengalaman aneh tapi menyenangkan. Sampai suatu ketika, temanku nge-sms,
“Nyun, liat berita ngga? Tentang kereta yang terguling itu?”
“Oh iya…yang beritanya lagi rame di tivi itu ya?”
“Nyadar ngga, itu kan citrajaya yang waktu itu kita tumpangin….”

GLEKH.