Rabu, 16 Desember 2009

Saat Lebaran Tiba

Dan lebaran pun tibalah. Gegap gempita suara takbir, kadang diselingi suara pedas dari ledakan petasan dan kembang api. Siapa sangka, sebulan ramadhan sekejap saja sudahh berlalu?
Terlepas dari segala perayaan, ada sesuatu yang aku rasa berbeda. Entah kenapa, suatu perasaan tak lazim tersilap di relung hatiku.
Lebaran tahun ini, terasa sepi.
Tahun ini, keluarga kami ngga mudik. Tapi bukan hal itu yang mengundang rasa sepi itu datang. Rasa sepi itu datang, ketika aku tersadar akan SIAPA-SIAPA saja yang telah tiada pada lebaran kali ini. SIAPA-SIAPA saja yang telah berpulang sebelum lebaran datang, …..
Setelah shalat ied, biasanya kami akan berkeliling mengunjungi rumah para sesepuh, sungkem dan bertemu keluarga yang lain. Merepotkan memang, hehehe tapi rasanya itulah jamuan paling luar biasa di hari raya; bukan baju baru, angpau lebaran, kue-kue yang berlimpah,….ataupun aneka ria masakan khas lebaran. Ngga afdol rasanya kalo ngga sungkem ke tempat para sesepuh dikala lebaran, hehehe
Tahun ini dan tahun lalu, kami banyak kehilangan para sesepuh.
Sehingga sekarang, saat lebaran tiba, di kota kami hanya tinggal seorang saja dari mereka.
Kalau tahun-tahun kemarin kami sibuk ‘mengatur jadwal’ rumah mana yang akan dikunjungi terlebih dahulu, sekarang ngga lagi. Ngga ada semua kerepotan itu. Di kota kelahiranku ini, kini hanya satu rumah saja yang menjadi tujuan.
Sebenarnya ngga adil memang, kalau aku berpikir mereka semua akan selalu ada di perjalanan hidupku. Karena, ngga ada yang abadi kehidupan ini. Setiap mahluk yang bernafas, punya waktu hidupnya masing-masing, punya peran masing-masing dalam waktu-waktu tertentu....semua, pada waktunya akan mendapat peran sesuai dengan takdirnya. Dan, peran mereka sebagai sesepuh sudah mereka tunaikan, sehingga tibalah waktunya mereka untuk beristirahat; menyerahkan tongkat estafet pada generasi yang selanjutnya.
Tapi, bagi kami yang ditinggalkan dan diberi peran, butuh waktu untuk ‘membiasakan diri’. Mungkin selama ini kami biasa manja, biasa dilindungi dengan keberadaan mereka para sesepuh. Dan ketika mereka tiada, seakan-akan kami merasa ditarik paksa dari dunia nyaman kami itu menuju belantara realita dimana kami disambut dengan segenap gundah segumpal rasa hampa karena kami tersadar,  ketika mereka tiada, siapa lagi yang kami punya?
Tapi, itulah takdir.
Walaupun sedih mengenang mereka yang telah tiada, perjalananku masih panjang. Dan ketika kulihat di sekeliling....masih ada wajah-wajah yang kukenal yang memberikan senyuman dan mengulurkan tangan.
Aku tak sendiri!

Untuk semua, selamat idul fitri...semoga amal ibadah kita semua diterima oleh-Nya, dan diampuni segala kekhilafan yang pernah kita lakukan. Semoga kita masih diberi waktu yang panjang, untuk bertemu ramadhan-ramadhan selanjutnya

0 komentar:

Posting Komentar