Rabu, 16 Desember 2009

je je es (bagian tiga)

Puas ngadem, aku keluar lagi dari toko megah itu
Aku panggil deh itu mang becak yang lagi mangkal di perempatan.
“Pak, ke pasarbaru berapa?”
“Lima belas ribu neng…”
“Wah?ngga kurang pak?” 
“Jalannya jauh neng”

Nah, itu aku lagi duduk manis di becak. 
Sebenarnya, adala alternatif alat transpor yang lebih mudah dan lebih murah. tapi, aku kan lagi pura-pura jadi turis. 
Turis yang ngga tau jalanan bandung.

Duduk manis, senyam-senyum.....ngga pake nyengir lebar, takut dikira kuda naik becak. Yang nyengir lebar banget kaya gitu kan cuma kuda, hehehehe

Maklum, udah bertahun-tahun sejak terakhir aku naik becak. Dan sejurus kemudian aku benar berdebar-debar. Bukan, bukan karena excited , tapi beneran sport jantung karena mang becak dengan gagah berani menerobos arus lalu lintas…… yang arahnya berlawanan dengan arah tempuhku   ~___~ !
Pertaruhan nyawa demi 15 ribu rupiah saja sodara-sodara!

Memasuki daerah pasarbaru, ada yang lebih heboh berkendara becak, 3-4 becak berjalan beriringan…bersusulan sebetulnya.
“Wahahahaha….pak!! kejar becak depan pak!!”

halah…beneran turis kayanya. Kasihan dia, mungkin dia seorang pembalap. Jiwa pembalapnya begitu mendarah daging, sampai-sampai menciptakan becak race seperti itu. 
Atau dia kegirangan karena di tempatnya kini becak sudah punah. Disingkirkan atas nama ketertiban. 
Mang becak apek kah?panas-panas gini harus mengayuh becak dengan tenaga ekstra demi customer satisfaction. Atau malah engkau senang?

Wah, jauh emang ternyata, dari jln.ibu inggit - pasarbaru. Maaf ya mang becak, bukan maksud menyiksamu diterik panas ini. Sungguh aku hanya penumpang! 

Nah, itu aku turun depan tangga pasarbaru.
Makasih ya pak. Mengantarkanku selamat sampai tujuan dengan mempertaruhkan nyawa demi…ah…demi apakah bapak? Sedikit rupiah untuk keluarga yang menanti di rumah?

Itulah, aku yang menaiki tangga untuk memasuki mall pasarbaru. Segera saja aku disergap dengan suara gordes seorang gadis.
“BELANJA……..BELANJA………..BELANJA.....pak, bu…sepatunya…sendalnya…”
ow, sungguh suara yang luar biasa. Hingga aku naik ke lantai dua pun, masih terdengar. Belakangan, di toilet aku berjumpa lagi dengan si pemilik suara itu. Sambil cuci tangan aku curi-curi pandang padanya, lewat cermin didepanku. 

Jangan mikir jorok dulu.........dia itu cuma cuci muka. Aku juga cuma cuci tangan...supaya tidak jorok tentunya. Kuperhatikan, ternyata dia cuma gadis kecil. Paling seusia anak SMA. Dari tubuh mungil itu tersimpan tenaga yang luar biasa rupanya. Ada pengeras suara built-in di tenggorokannya, hehehe

Putar sana, putar sini, pilih barang, tawar harga…kulihat jam di tanganku, rupanya sudah semakin siang. Belok kanan, belok kiri…iiiih…..eskalator yang turun ada dimana sih? Bingung. 
Sebelah sini…eh? Kok naik semua?? 
Sebelah sana? Naik juga….
yang turun sebelah mana??
Penataan yang aneh. 
Sepintas teringat omongan ayahku, 
“itu sengaja de, biar orang-orang ngga langsung turun. Ngga langsung pulang. Muter-muter dulu liat dagangan”

benarkah??

Ah! Ketemu!
Bergegas aku turun, sambil mendengar tukang teh botol menjajakan dagangannya,
“Teh botol…teh botol….beli teh dua botol dapet tanda tangan saya gratiss!!”

0 komentar:

Posting Komentar