Senin, 12 April 2010

KEPERGIAN ANGIN

Terdengar suara mengetuk-ngetuk lembut daun jendela rumah Si Kerdil.

Siapakah gerangan? di tengah hari begini…Si Kerdil bertanya-tanya dalam hati. Lalu, ia pun berjalan menghampiri jendela Daun jendela berkelepak-kelepak pelan. Rupanya, teman lama singgah untuk menyapa.

Hai Angin, apa kabar?” tanya Si Kerdil dengan penuh semangat. “Ada kabar apa dari negeri di seberang?” sambungnya lagi.

Angin bersiul penuh semangat.

Begitukah? sepertinya petualangan yang menyenangkan..rupanya kau sudah jauh berkelana yah…” kata Si Kerdil lagi.

Angin kembali melanjutkan ceritanya, bersiul, berdesir, seakan menari berputar-putar.

Tapi kemudian, berhembus pelan.

Ah..Angin, sudah hendak pergi lagi kah? tapi…” Si Kerdil menunduk tercekat, tak mampu selesaikan perkataannya. Tak rela rasanya, angin baru saja singgah sejenak.

Angin berdesir pelan, lembut terpa pipi Si Kerdil.

Baiklah..baiklah..aku mengerti. Lain kali, singgahlah lebih lama. Sedikit lebih lama saja…supaya kau bisa cerita lebih banyak tentang negeri yang kau datangi..”

Lalu Angin bertiup perlahan, menyelubungi Si Kerdil, memenuhi udara dengan hawanya. Kemudian, Angin pun berhembus; membawa daun-daunan yang jatuh berguguran melayang-layang ringan.

Sehelai daun melayang-layang ringan, lalu jatuh di telapak tangan Si Kerdil. Si Kerdil diam menatap daun yang tergeletak di telapak tangannya itu, sambil menyaksikan kepergian Angin.
Dalam hati ia berdoa, semoga takdir mempertemukan mereka kembali,
walau entah kapan…

0 komentar:

Posting Komentar