Sabtu, 27 Maret 2010

Ayah Nomor Satu Di Dunia

seorang temanku menulis tentang kerinduan pada sang ayah di situs pribadinya.
membacanya, sungguh aku ingin meneteskan air mata,


Bapakku selalu nomer 1 di hati, 
meskipun dalam agama dikatakan "ibu,ibu,ibu kemudian Bapak"
bukan,bukan berartii aku mengesampingkan Ibu 
yang telah melahirkan ku ke dunia


berkelebat dalam benakku kejadian demi kejadian dari masa lalu


umurku saat itu belum genap lima tahun
aku dan kakakku lagi diguyur bareng-bareng ibuku :)..yak!waktunya sikat gigi dan mandi
ibu lagi ngurus kakakku dan menyikatkan giginya
ga mau kalah dong aku....segera aku ngibrit keluar dari kamar mandi
menghampiri ayahku yang saat itu berada di ruang kerjanya
kudapati ia sedang duduk depan meja, nampak serius mengerjakan sesuatu
sambil menyodorkan sikat gigi aku berkata, "Ayah, mau sikat gigi...."
saat itu ayah cuma tersenyum, tanpa berkata-kata  ia 'menggiring' ku kembali ke kamar mandi dan menyikat gigiku




waktu itu, aku dan kakakku masih sma
kami biasa berangkat bertiga pagi-pagi. ayah mengantar kami sampai sekolah, baru menuju kantor.
hari itu, kami kesiangan dan kami berangkat buru-buru
sesaat sebelum berangkat, aku teringat "Ayah, hari ini jumat kan...ga pake seragam korpri?"
"OH IYA! ayah lupa..." bergegas ayah masuk lagi kedalam rumah..sesaat kemudian keluar dengan berpakaian kemeja korpri (saat itu kemeja batik berlambang korpri masih berwarna biru)..tapi dengan celana coklat seragam PNS harian
"Yah, celananya ga diganti?" kataku
"Gampang lah, nanti aja di jalan" balas ayah, dan kamipun berangkat.
jalanan mulai ramai....dan macet. tiba-tiba, mobil VW yang kami tumpangi, ..MOGOK!!
aku dan kakak cuma bisa duduk dan harap-harap cemas, membayangkan bahwa kami akan terlambat sampai di sekolah.
Ayah beringsut keluar mobil, "Ini pasti selang bensinnya tersumbat lagi"
masih dengan pakaian ngga nyambung tadi, ayah keluar mobil...menyedot selang bensin supaya alirannya kembali lancar.
aku dan kakakku cuma bisa bengong di dalam mobil melihat aksi ayahku 


kali lain,
ayah mengajakku pergi, ke salah satu mall elektronik yang cukup terkenal di bandung
ayah mau beli jam tangan baru, karena miliknya sudah rusak 
si centil ini dengan semangat menyanggupi ajakannya....hmmm...ada udang di balik batu, hehehe
ya, saat itu aku ingin sekali ganti hape...padahal sebenarnya saat itu  hapeku masih bisa dipakai sih
ternyata, saat membeli hape yang diincar...uangku ngga mencukupi.
aku memandang ayah dengan pandangan memelas, lalu ayah membuka dompetnya dan mengeluarkan lembaran-lembaran rupiah. tanpa berkata-kata.
sepulang dari sana, aku dengan girang menenteng hape baru
"Ayah, beli jam tangan?" aku bertanya
"Ngga usah, nanti aja lagi" ayah menjawab, masih dengan senyuman di wajahnya
saat itu aku tersentak, ternyata uang yang diberikan padaku sebelumnya....itulah yang tadinya akan dipakai untuk membeli jam tangan baru.




bertahun-tahun berlalu sejak semua itu terjadi


hari ini, aku pulang dari kampus membawa selembar surat dari ketua program studi
tak sabar bertemu ayah dan ibu di rumah..
saat makan malam kuserahkan surat itu,
"Apa ini de?" kata ibuku
"Baca aja" jawabku pendek
"Mana coba ambilin kacamata ayah"
kusodorkan kacamata itu padanya
"Beasiswa de...??"ayahku berkata pelan, seakan tak percaya dengan apa yang dibacanya.
"iya...alhamdulilan..tapi cuma dapet satu semester sih" kataku
"Makasih ya de........." ayahku berkata, sambil meraih kepalaku dan mengecupnya


Ayah, andai kau tahu...sesungguhnya saat itu aku merasa kerdil........
kerdil sekali!
seharusnya aku yang berterima kasih, ayah....
dan andai aku bisa, ayah..kuingin persembahkan yang lebih dari ini,
untukmu, ayah nomor satu di dunia.. 

0 komentar:

Posting Komentar