Minggu, 28 Maret 2010

Stuck In A Moment








 
Di luar sana, hujan masih turun dengan lebatnya. Menyebabkan air menggenang dimana-mana. Laki-laki itu dan Perempuan itu hanya membisu, duduk bersebelahan. Bis yang mereka tumpangi terjebak kemacetan akibat air yang menggenang di jalan-jalan. Sesekali, laki-laki itu iseng mengusapkan tangan pada kaca yang mulai berembun. Bosan. Di sekeliling, hanya terdengar suara-suara kekesalan, klakson yang bersahutan…sementara dalam bis, orang-orang hanya berdecak kesal sambil mengipas-ngipas mencoba mengusir hawa pengap yang sedari tadi telah menyebar.

“Kamu akan menemui dia?”tanya laki-laki itu memecah kebuntuan pada perempuan yang duduk di sebelahnya.

“Entahlah…..”jawab perempuan itu pendek, lalu ia tertunduk. Rambutnya yang panjang jatuh tergerai menutupi wajahnya.

Lalu laki-laki itu menghela nafas panjang, sebelum akhirnya berucap, “Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tapi sering kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup....tidak melihat pintu lain yang dibukakan....”usai berkata, laki-laki itu mengalihkan pandangannya pada perempuan itu.

Perempuan itu menyibakkan rambutnya yang tadi menutupi wajahnya. Laki-laki itu melihat, kening perempuan itu sedikit berkerut. Lalu, perempuan itu merogoh kantung jaketnya, mengeluarkan kotak rokok. Perempuan itu mengetuk-ngetukkan kotak rokok itu sejenak di telapak tangannya, mengeluarkan rokok sebatang, menyelipkannya di bibir, dan menyulutnya.

Perempuan itu memandang laki-laki yang duduk di sebelahnya. Benaknya teringat pada sebuah ungkapan, ”.... sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya...”. Perempuan itu memandang laki-laki di hadapannya lekat-lekat, menghisap rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskan asapnya perlahan.

“Kenapa?”laki-laki itu bertanya. Rupanya ia menyadari ada sesuatu dalam tatapan perempuan itu. ”Ngga...” kata perempuan itu sambil menjentikkan rokok pada lantai bis, ”Lu...sering banget nasehatin gw ya...”

Kening laki-laki itu sejenak berkerut, saat ia mencoba mencerna makna ucapan perempuan itu. Sementara itu, di luar sana langit semakin menumpahkan seluruh kelabunya, membuat butir-butir air meluncur semakin kencang. Membuat suara yang memekakkan telinga ketika butir-butir itu jatuh menimpa atap bis. Mungkin itu jawaban langit atas bising yang dibuat orang-orang yang berpijak di atas bumi.

“Gw mengerti...dengan jelas...gw ga bakal bisa hidup dengan tenang, kalo gw ga bisa melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu...”perempuan itu berkata, “ ...but, u know what? ”sambungnya lagi, “...hal yang menyedihkan dalam hidup, ketika lu bertemu seseorang yang sangat berarti. Tapi kemudian, lu mendapati bahwa lu salah...bahwa semua itu ngga demikian adanya. Dan pada akhirnya lu harus rela melepaskan...”perempuan itu mengakhiri kata-katanya dengan menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskan asapnya dengan keras.

“Begitu?...”laki-laki itu menanggapi. “Tapi mungkin ngga apa-apa juga,...kesedihan yang cukup, membuatmu manusiawi...” . Dengan lembut laki-laki itu meraih rokok dari tangan kanan perempuan itu, membuangnya ke lantai, dan menginjaknya.



______________________________________________________



(terinspirasi dari “Pelajaran Hati”)





jatinangor,16.12.05-17.12.05


0 komentar:

Posting Komentar