Minggu, 28 Maret 2010

Teman yang Bijak

Siang ini mentari begitu terik memancarkan sinarnya. Di bawah pohon rindang, Si Kerdil duduk berselonjor, sejenak beristirahat setelah melakukan pekerjaan yang cukup melelahkan.

Tak lama, seorang teman datang menghampiri lalu duduk disebelahnya. “Panas ya?” begitu Teman berucap memulai pembicaraan. Si Kerdil hanya mengangguk-angguk tanda setuju. “Dari tadi aku melihatmu bekerja sendiri di bawah terik matahari” katanya lagi. Si Kerdil hanya tertawa mendengar perkataan teman, sambil menyeka peluh yang bercucuran di dahinya.

“Kamu selalu begitu ya….” gumam Teman. “Maksudnya?” tanya Si Kerdil. “Mengerjakan semuanya sendiri” jawab Teman. Rupanya Teman selalu memperhatikan Si Kerdil ketika sedang bekerja. “Memangnya kenapa? Toh itu semua bagian dari tanggung jawabku” kata Si Kerdil menanggapi. “Tapi kamu terlalu mudah menerima pekerjaan, dan tidak memperhitungkan kemampuan diri sendiri…terlalu gampang berkata ‘ya’…” ujar Teman, “ pada akhirnya kamu akan memaksakan diri menyelesaikan semua” sambungnya lagi.

Mendengar semua itu, Si Kerdil berkata, sambil mencoba untuk tetap tersenyum, “Terima kasih, ternyata kau begitu peduli padaku. Tapi, teman yang bijak adalah teman yang mengetahui kapan saat yang tepat untuk mengingatkan lewat kata-kata, dan mengetahui kapan saatnya untuk mengulurkan tangan”



~kepada seorang teman~


0 komentar:

Posting Komentar