Rabu, 07 November 2012

si miNyun saba Walanda (2)

Sepanjang perjalanan Schipol-Den Haag,
meskipun jalan yang dilewati adalah jalan bebas hambatan (semacam jalan tol) pemandangan dan suasananya seperti di pedesaan. di tengah jalan sempat lihat kincir angin modern, juga kincir angin tua yang jadi khas-nya negara ini. tapi sayang, saya nggak sempat ambil foto-nya :(

jadi pelajaran pertama hari ini adalah:
always check your digicam battery condition before departure -_-

tibalah kami di rumah!
(rumah batur sih sebenerna mah..wkwkwkwkwk)

melihat disain rumah atau apartemen di sini...saya jatuh cinta! ;D
rumah atau apartemen yang berlokasi di daerah kota (kawasan urban) memiliki bentuk dan desain yang serupa.
bentuknya kotak saja, tidak ada ornamen macam-macam. tembok luar didominasi oleh bata ekspos dengan warna merah bata (oranye), krem, atau putih.
jadi nggak ada ceritanya ngiri sama warna cat tembok rumah tetangga ;p
kalau rumah yang lokasinya di pinggir kota (suburban) baru deh beda-beda disainnya. semacam rumah di daerah yang dinamakan Wassenaar, yang konon merupakan daerahnya orang kaya nan elit--->bukan singkatan dari ekonomi sulit ;p
kebalik yah sama di indonesia, orang yang banyak duit biasanya tinggal di daerah urban
sebaliknya yang duitnya kurang banyak di daerah suburban..hehehehe

masuk ke rumah,
ada tempat melepas sepatu dan menaruh jaket/ mantel.
kebetulan keluarga homestay saya itu orang indonesia dan muslim, jadi mereka tidak membiasakan untuk menggunakan sepatu yang telah dipakai jalan-jalan di luar untuk dipakai masuk ke dalam rumah (sebabnya ternyata, di jalanan sekitar itu meskipun bersih dari sampah, tapi tidak aman dari "ranjau" kotoran binatang, hahaha)

di area yang sama pula, di sebelah kiri ada ruang kecil yang misterius. 
ternyata, setelah misteri terkuak.......ruangan itu adalah toilet (isinya kloset duduk dan tempat cuci tangan doang).
sebelah kanan pintu masuk ada cermin besar.
belakangan saya tahu, penataan seperti itu adalah penataan tipikal rumah-rumah di belanda.
akhirnya saya mengerti, kenapa di rumah eyang-eyang saya dulu, dekat pintu masuk pasti ada cermin besar. nampaknya ini hasil "warisan" dari zaman kolonial dahulu hehehehe

0 komentar:

Posting Komentar