Senin, 14 November 2011

...by it's cover

penampilan luar memang bukan yang UTAMA, tapi selalu jadi yang PERTAMA saat menilai seseorang.

waktu SMA dulu, saya menjadi anggota Majelis Perwakilan Kelas (MPK). Semacam organisasi 'pengimbang' osis. Kalau para pengurus OSIS adalah presiden-nya sekolah, maka para anggota MPK adalah anggotan DPR (yeah, right..)
pada saat acara 'serah terima' pengurus osis lama ke pengurus baru, baik seluruh anggota OSIS maupun MPK diharuskankan hadir dalam prosesi tersebut. (sialnya) hari itu saya memakai baju seragam 'cadangan', alias baju seragam yang nggak bakal saya pakai kalo nggak kepaksa banget.

Sekolah saya mengharuskan setiap siswa memakai atribut lengkap di seragamnya, mulai dari badge OSIS yang terjahit di saku kiri, nama siswa yang terjahit di dada kanan, badge nama sekolah yang terjahit di lengan kanan, lencana sekolah yang biasanya disematkan di kerah baju sebelah kiri, dan ikat pinggang hitam yang kepalanya 'berhiaskan' lambang sekolah; jika dipakai harus terlihat hitamnya dan terlihat kepala ikat pinggangnya.

Nah, hari itu kebetulan saya kehabisan seragam, dan terpaksalah saya pakai seragam cadangan. badge serta nama yang berada di seragam itu semuanya tempelan, dilekat menggunakan double-tape. hanya ujung-ujung badge saja yang kebetulan sudah dijahit tangan dengan benang.

prosesi pergantian pengurus osis tengah berlangsung. saya baris di paling belakang, nyadar diri pakai seragam nggak sesuai aturan, hahaha tapi...sayangnya saat itu tiba-tiba saja sang wakil ketua MPK, yang mana pada saat itu adalah kecengan saya *nggak penting* berbaris di sebelah saya. dia melirih seragam yang saya pakai,
"seragamnya bagus ya....kayanya di sini (sambil menunjuk badge nama sekolah di lengan kanan) bisa nyimpen pulpen nih"

saya melirik lengan kanan saya, dan...
ohmaigad.....
badge itu sudah 'melongo', tempelannya lepas dan putus asa bergelantungan pada sedikit jahitan di ujungnya saja. tahu tempelan kain kecil (saya nggak tahu namanya) yang suka ada di pinggang rok atau celana, yang suka dipakai untuk menyelipkan sabuk/ ikat pinggang? nah seperti itulah kondisi badge yang ada di lengan kanan seragam saya.

malu?
lebih dari itu. ditegur sama kecengan gitu loh~ 

nah sejak itulah, saya 'kapok' berseragam tidak sesuai aturan. kebiasaan ini tanpa sadar terbawa setiap saat saya mengenakan seragam sekolah, walaupun saya sudah tidak 'bercokol' lagi di MPK. bahkan gilanya, sewaktu saya duduk di kelas 3 IPS, kelas yang terkenal dengan 'kebrutalannya', saya dinobatkan sebagai 'siswa berbaju ter-rapih' berdasarkan survey dari teman-teman sekelas hahahahaha

3 tahun berlalu dan saya pun akhirnya resmi menjadi seorang mahasiswa PTN. jaman saya dulu, masih ada namanya 'ospek' fakultas, yang dikamulflase dengan nama kegiatan 'pengenalan fakultas' (yeah, right...)
anyway, selama masa ospek ini, kami para Maba,  mahasiswa bau baru diharuskan memakai seragam SMA selama seminggu.
secara ajaib saya berakhir menjadi salah satu kandidat ketua angkatan *bukan nyombong hahahaha* ketika belakangan saya tanya teman-teman mengapa memilih saya, "penampilan kamu meyakinkan...seragam rapih...ekspresi tegas.."

padahal, asal tahu saja,
seragam---> akibat dari teguran senior kecengan saya dulu
ekspresi----> nggak ambil pusing 'omelan' para senior yang marah-marahin (atas nama mengetes mental calon ketua angkatan); saya tahu mereka pura-pura (yah walopun ada juga sih yang serius), dan kebanyakan omongan mereka nggak substansial. jadilah omongan mereka sekedar masuk kuping kanan keluar lewat kuping kiri hahahaha

setelah itu, ibaratnya lepas dari mulut harimau lalu jatuh ke mulut buaya *berlebihan*
ospek fakultas terlewati, dan tibalah ospek jurusan; dengan berkedok istilah 'masa bimbingan'. (lagi-lagi) jaman saya dulu, selama mabim yang berlangsung sebulan penuh, para maba diharuskan memakai baju dengan aturan tertentu:
perempuan---> pakai kemeja, rok panjang semata kaki, bukan bahan jeans, sepatu tertutup.
laki-laki---> pakai kemeja, celana panjang bukan jeans, sepatu tertutup.
dengan kata lain, seragam dalam bentuk berbeda.
nggak ada pilihan lain, berhubung begitu aturannya dan saya masih polos nurut aja sama senior, saya berakhir berpenampilan tidak jauh berbeda dengan masa SMA dulu.

akhirnya mabim pun berakhir.
satu hal yang paling menggembirakan buat saya adalah: TERBEBAS DARI SERAGAM
yaaaaay~
hari pertama kuliah setelah berakhir mabim, dengan bangga saya memakai seragam kebangsaan saya saat berangkat kuliah:
kemeja lengan panjang, celana jeans nyaris belel, dan.......sendal gunung WAHAHAHAHA...

tahu komentar teman sekelas saya?
"ampun deh mit.....mending liat lu pas ospek dulu...pake seragam rapih, atau pake rok gitu..kesannya tuh lu pendiem, feminin...(dan blah blah blah) ternyata yah, lu tuh tomboy...bawel....kagak ada anggun-anggunnya dah..."
reaksi saya?
"lah...saya kan nggak pernah memproklamasikan diri saya seperti itu, salah sendiri menilai saya dari apa yang saya pakai" ----> tentu saja ini cuma ucapan dalam hati, hahaha

sekali lagi,
nampaknya memang benar penampilan luar ternyata memang selalu jadi tolak ukur pertama dalam menilai seseorang,
walaupun sesungguhnya (terkadang) penampilan itu menipu *hahahaha*

dan kiranya betul adanya, jika orang tua dulu bilang:

"don't judge a book by the cover"

*nggak tahu juga ini orang tua siapa yang bilang begini*


jadi, janganlah anda terlena oleh penampilan seseorang...
waspadalah..
waspadalah...!!

0 komentar:

Posting Komentar