Sabtu, 10 September 2011

Gender Bender

mungkin saya punya mata yang jelek dalam menilai gender :(

saya jadi berpikir, apa ini ada kaitannya dengan masa lalu saya? *ah masassiiiih...*
waktu saya kecil, bahkan sejak saya masih bayi, orang sering mengira saya sebagai anak laki-laki. susah emang kalau punya muka gahar.... ^^;
ditambah lagi (entah kenapa) ibu saya hobi membuat saya berambut pendek. ketika rambut saya panjang sedikit saja, dengan suara manis ibu merayu, "De, kita potong rambut yuu~"

bahkan menurut cerita ibu saya, ibu dan ayah saya sempat menertawai saya; saat saya yang masih bayi didandani oleh ibu. waktu itu saya dipakaikan rok putih yang girly banget, beserta topinya. tapi setelah dipakaikan, sejurus kemudian orangtua saya 'merasa aneh', dan akhirnya ayah saya berkata:
"kok jadi kaya sarimin....."

see?
even my parents think i don't suit skirts.... T_T

jadilah....sampai sekitar kelas dua smp saya sering berambut pendek;
dan saya pikir juga memang praktis sih rambut pendek. gampang keramas dan hemat shampo hehehehehe
punya potongan rambut yang sama dengan kakak laki-laki saya tidak jadi masalah buat saya. atau saat kecengan saya bilang pada kakak saya (didepan mata saya, hikhik) saat saya dikenalkan padanya "Wah Nu...ini mah kamu versi cewek..." saya masih bisa bersabar.

tapi kejadian satu itu, kejadian saat kelas dua smp membuat saya 'terpaksa' berpikir ulang untuk lebih menonjolkan sisi feminin saya. saat acara bazaar sekolah, seorang teman "nembak" saya.....
andaikan bukan dia yang nembak sih, pasti saya uda senang. uda kaya di komik-komik remaja perempuan deh pokoknya kejadiannya. masalahnya cuma satu: yang nembak saya itu perempuan *aaaaarrrrrrrgggghhhh...why this's happening to meeeeee~ *

jadi begitulah,
pada dasarnya 'sense' saya untuk membedakan gender berdasarkan penampilan memang benar-benar tumpul.
mungkin karena itu tadi.....pengalaman hidup saya membuat radar pembeda gender laki-laki dan perempuan nggak se-sensitif orang lain. mungkin bagi orang lain, dengan mudah membedakan mana laki mana perempuan; somehow they naturally know whether people that stands in front of them male or female. despite of how their looks.
masak sih saya harus pake 'metode burung garuda' buat membedakan gender seseorang.

apa tuh metode burung garuda?

wajar sih kalau nggak pernah dengar, itu nama metode memang hasil karangan saya pribadi; berdasarkan cerita anekdot yang disampaikan guru bimbel saya dulu.
alkisah, guru saya itu sedang mengajar di suatu kelas, pelajaran sejarah mengenai lambang negara indonesia; yaitu burung garuda yang dulu sering kita lihat terpajang di dinding kelas, di atas papan tulis. kemudian, sekonyong-konyong ada murid yang bertanya: "Pak, burung garuda itu jenisnya perempuan atau laki-laki?"

guru saya terkejut, namun tak kalah cerdik dari si murid. oh, baidewey, murid yang nanya itu lakil-laki. lalu, dipanggillah murid laki-laki itu, "Coba kamu ke depan. ambil meja, terus naik ke atasnya. coba ambil burung garuda yang ada di atas papan tulis". Si murid pun menurut, dan melakukan apa yang diperintahkan. "Sudah? silakan kamu peluk burung garudanya".

terbingung-bingung, si murid lagi-lagi melakukan apa yang diperintahkan. "Sudah ketemu jawaban pertanyaan kamu?" kata guru saya.
"Maksudnya gimana pak?" si murid balik bertanya. "Tadi waktu kamu peluk, ada perasaan-perasaan gimana nggak?" tanya guru saya lagi. si murid makin tak mengerti. "Kalau tadi sewaktu kamu peluk nggak ada perasaan apa-apa, berarti burung garuda itu sejenis sama kamu. kalau tadi ada perasaan apa-apa, berarti burung garudanya nggak sejenis sama kamu"

ahahahaha...i know,...know....surely you will say, "OH??What the H***?!
tapi betul lho saya tidak mengada-ngada. hanya menyampaikan apa adanya seperti yang dikatakan oleh guru bimbel saya tersebut.

kembali lagi ke jalan yang benar, yaitu topik utama 'saya susah membedakan gender orang'.
hal ini bukan masalah besar sih sebetulnya.
tapi yang bikin bete, dua kali saya 'tertipu' mentah-mentah gara-gara masalah ini. memang nggak merugikan saya di depan umum sih...tapi cukup untuk membuat saya terlihat 'bodoh' di mata orangtua dan rekan-rekan kantor saya dulu.

kejadian pertama terjadi sekitar dua tahun lalu, saat rekan sekantor saya menunjukkan foto anaknya. anaknya lucu banget. berkulit cerah, berambut ikal. di foto itu, dia pakai baju kaos dan celana pendek. belakangan saya tahu, anak itu namanya Keigo.
beberapa hari kemudian, saya ketemu langsung sama anak itu di bazaar 17-an yang diselenggarakan oleh kantor. wah kebetulan nih, pikir saya. kamera ada di tangan (walaupun hasil pinjeman, hehehe) saya potret tuh Keigo yang sedang asik wara-wiri sana-sini pakai sepeda mini. "Duh...cakep banget sih ni anak..." dalam hati saya bergumam *tante girang mode*

lalu dengan pede-nya saya ngobrol sama teman bapaknya Keigo. "Keigo lucu ya...cakep...anaknya pak L***** (bukan nama samaran, hehehe) baru satu? laki doang?"
Orang yang saya ajak ngomong memandang saya dengan wajah 'what-are-you-talking-about??' lalu berkata, "Keigo itu perempuan lagi......"
WHUAAAAAATTTT???? padahal selama ini saya kiraaaaa??
*untung bapak dan ibunya nggak denger kebodohan saya barusan*
lagian...anak perempuan dinama-in Keigo. kenapa nggak Keiko aja sih...kan lebih lucu dan lebih feminin *nyalahin*

kejadian kedua, berkaitan dengan tetangga saya; lebih tepatnya cucu tetangga saya sih. jadi tetangga saya itu punya cucu. anaknya berwajah manis, mirip banget sama ibunya. saya sering melihat sang nenek jalan-jalan sambil menggendong cucu tercinta. anak itu nggak banyak bersuara, tapi murah senyum hehehehe
anak itu berkulit putih, berambut tipis dan sering memakai baju kaos serta celana pendek (agaaain??!).

karena wajahnya yang manis, saya terlanjur mengira anak itu perempuan.
entah kenapa, sepertinya pertumbuhan rambut anak itu agak berbeda dengan anak-anak lain. sampai hampir umurnya mendekati satu tahun, rambutnya tipiiiiis sekali. bahkan cenderung 'botak' di mata saya. saya pikir, "Duh kasian banget...anak perempuan umur segitu masih botak...." *tega*

"Mas, kok cucunya Bu H*** perasaan kepalanya botak mulu sih? bukannya umurnya udah mau setahun ya?" begitu celetuk saya pada kakak saya. Dia lalu menjawab, "Ya nggak tahu atuh. Coba tanya sama anaknya, 'kenapa kamu botak?' "
*cih,...dasar kakak tidak berguna*

Feeling concerned, i ask the same question to my mom. ibu saya memberikan jawaban yang rada lumayan bisa diterima, "ada kok rambutnya...cuma memang tipis-tipis"
saya bilang lagi, "iya sih..tapi emang normal gitu? kasihan kan anak perempuan...."
sambil memberi tatapan mata 'what-are-you-talking-about??' pada saya ibu berkata: "perempuan? anak itu laki-laki kok"
"lhooo? bukannya perempuan ya? abis manis gitu..." saya membela diri
"kan kelihatan dari bajunya? ....anak perempuan mana ada yang dipake-in baju gitu"

oh nooooo~ jadi selama ini selain gagal membedakan mana anak laki dan mana anak perempuan,
saya punya pandangan yang keliru bahwa baju anak kecil, terutama baju balita itu UNISEX (*_*);

i can't believe i was so dense.....

jadi, saran buat teman-teman sekalian yang nanti punya anak,
tolooooong....
buatlah anak perempuanmu se-girly mungkin sejak dia bayi.
dan anak laki-lakimu se-manly mungkin sejak dia bayi.
make a distinction in their appearance, and of course, their name.
supaya radar mereka terlatih
dan tidak perlu menggunakan metode burung garuda.

otherwise, they might just growing up like me.
masih bagus jika mereka meniru keberanian saya (maksudnya berani malu-maluin, hehehe)
tapi gawat kan kalo mereka mengulangi kebodohan yang saya lakukan....
*sigh*

8 komentar:

anjaroci mengatakan...

hahaha... jadi inget diri sendiri, tapi tak sampai separah dirimu sih.. secara ortuku kompak untuk selalu mendadaniku sebagai perempuan. Apalagi dulu kalo pas lebaran, pasti bajunya dipilihinnya yg "girly" abis, bukan model celana n harus dari kain. Ga boleh kaos! Huhuhu... padahal ga mau yg itu... walhasil tu baju2 cuma dipake acara2 yg gmn... gt. Begitu SMA, yiha...! bisa milih sendiri, yang penting pantes dipake buat silaturahim pas lebaran. ^^

Btw, Jeng. iseng2 dulu pernah nglist nama2 yg bisa dipakae unisex (ce-co). Gara2 ada yang protes dg namaku. "Kirain cowok..." begitu katanya. Ciaaat *jedug*. Teu sopan. Ternyata eh ternyata, setelah diperhatiin, kalo seorang perempuan punya nama unsur laki2 atopun yang bisa unisex, like Indra, Egi, Anjar, dll sedikit banyak PASTI ada karakter 'cowok' yang nempel, entah itu gaya berpakaian, selera, sifat, atopun pola pikirnya. Percayakah dirimu? Coba deh perhatiin. (^_^)
whatever, I enjoy myself.

anjaroci mengatakan...

Komen lagih, nambahin.

Tenang Nyun, kalo dipikir2, terkadang aku ngerasa dirimu lebih cewek kok drpd diriku. Walo kalo dari tampilan luar keliatan beda. Tampilan doank...

Soalnya kadang ngerasa untuk beberapa hal, dirimu bisa berpikir (mempertimbangkan n melihat) dari sisi perempuan dan berselera 'lebih' cewek dariku. Hehehe... Jadi terkadang aku tertampar "oh iya ya, kita kan perempuan". huhuhu.. Mungkin karena pada saat2 itu sisi cuekku lebih dominan dr pada sisi ceweknya. Heuheu..

si miNyun mengatakan...

ooooowwww....what a soothing comment *supergirangmode*

bawaan nama mungkin iya mungkin tidak. ada temen deket waktu smp, namanya girly banget, tapi jauh lebih gagah dibandingkan saia..hahahaha jaman dia smp aja, sering digoda-in cewek2 sma *mmusibah..musibah..*

iya, 'selera' cewek itu kan muncul setelah.... (silakan isi bagian yang kosong dengan hati yang bersih ;p )

anjaroci mengatakan...

kagak mau kalo musibah kayak gitu mah... gyahaha...

Ehem, sepertinya aku tahu jawabannya ;p

jadi inget A*** anak sasindo dulu n M*** anak sejarah dulu. Dari rambut, asa cewek cantik. Tapi ternyata, Garang! Cowok tulen ^^

Anonim mengatakan...

wakakakak..... lucu... apalagi yg pas dipakein rok, kok jadi kayak sarimin.. =D

si miNyun mengatakan...

inisial A dan inisial M sapa tuh? :p
thoug it didn't show, i always feminin in the heart *phueeh*

si miNyun mengatakan...

sarimin memang lutju, Dali..
Tapi... *ihiks ihiks*

yeah mengatakan...

So funny💛💛 LOL😁

Posting Komentar