Sabtu, 10 September 2011

Surat Untuk Adik

De,
pagi ini mamang cerita kabar yang mengejutkan sama teteh.
katanya bulan depan ade mau nikah.

ternyata adik teteh sudah menginjak usia itu ya :)

kalau teteh ingat-ingat de,
usia ade belum lagi menginjak usia dua puluh.
belum kerja, dan lagi belum pandai melakukan pekerjaan rumah tangga.
calon suami ade masih kuliah. masih tergantung secara finansial pada orangtuanya.
kalian berdua masih sangat sangat sangat sangat muda.

teteh mengerti,
ade nggak mau lebih lama lagi dipisahkan dari si dia ;)
kalau dia memang jodohmu de,
teteh hanya bisa berdoa.
semoga dia memang orang yang dipilih-Nya untuk ade.

De,
teteh jadi teringat obrolan dengan seorang teman lama beberapa hari lalu.
teman teteh itu bilang, kebanyakan perempuan itu 'terlena' pada seremonial pernikahan (dengan kata lain, event/ acara resepsi pernikahan) itu sendiri.
terhanyut dalam romansa acara dimana pengantin didudukkan (atau disuruh berdiri berjam-jam, hehehe) di pelaminan.

teman-teman dan keluarga berkumpul untuk memberi ucapan selamat.
hari bahagia dimana pengantin perempuan dan laki-laki akhirnya diberi status yang jelas secara agama maupun catatan sipil *ehm*
tamu-tamu semua sumringah sambil menyantap hidangan, teman-teman berkumpul sambil bernostalgia kisah masa lalu.

yaaah..teteh juga mengalami sih masa-masa seperti itu. masa-masa dimana teteh ingin banget segera menikah; 
membayangkan kebahaggiaan dan keriaan saat dilangsungkan upacara pernikahan. setelahnya hidup terbayang begitu manis;
masa-masa indah dimana tiap hari bisa ketemu si dia, memandang wajahnya ada di samping saat teteh membuka mata di pagi hari *ahem*
juga sempat ngiri ketika teman-teman terdekat satu per satu sudah 'wisuda' dari dunia para lajang
*iri tanda tak mampu, hihihihi jangan ditiru yaa*

De,
meskipun di usia ini teteh masih memilih untuk sendiri, bukan berarti teteh anti menikah. teteh ingin menikah juga suatu hari nanti. hanya saja, ketika sudah mencapai usia teteh sekarang, rasanya pola pikir teteh sedikit berubah. mungkin karena masa alay teteh sudah berakhir, hahahaha

De,
ketika sudah mencapai usia ini,
bagi teteh menikah bukan sekedar masalah menyatukan perasaan tapi juga perlu disertai dengan alasan logis. menikah bukan sekedar menikmati romansa seremonial upacara pernikahan, tapi juga ada kehidupan nyata yang harus dihadapi setelah upacara itu selesai.

De,
menikah itu, menyatukan dua kepala;
kepala-nya si perempuan dan kepala si laki-laki. rambut boleh sama hitam, tapi isi kepala kan beda-beda.
belum lagi masalah menyatukan dua keluarga yang latar belakangnya mungkin saja jauh berbeda.
situasi yang sangat-sangat rawan menimbulkan konflik; kalo ade nggak pinter-pinter beradaptasi dan mengelola perbedaan tersebut.

menikah itu De,
sama halnya dengan 'membeli' tiket kedewasaan.
orang dewasa itu harus mandiri. sanggup bertanggung jawab pada diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

buat yang laki-laki, menjadi seorang suami adalah menjadi imam bagi keluarga. jadi pemimpin. ibaratnya jadi 'direktur' dari sebuah perusahaan yang bernama 'keluarga'.
buat yang perempuan, menjadi seorang istri berarti pengabdian pada suami, belum lagi kelak jadi ibu; guru pertama bagi anak-anak, dan jadi 'manajer' perusahaan yang bernama 'rumah tangga'.

jadi orang dewasa itu nggak selalu enak.....
banyak banget konsekuensi dan tanggung jawabnya ;)
siapkah ade menjadi orang dewasa?
yang bukan hanya sanggup mengurus diri sendiri, tapi juga mengurus suami dan anak yang kelak hadir di antara kalian.
belum lagi mengurus orang tua, yang kini bukan hanya dua; tapi jadi empat orang..
(setelah menikah kan nggak ada istilah 'mertua', orang tua dia adalah orang tua ade juga. orangtua ade pun, adalah orangtua dia juga)

De,
teteh percaya setiap orang dilahirkan dengan membawa rizki-nya masing-masing; dan dengan menikah (secara sederhana) bisa dibilang menggabungkan rizki dari dua orang manusia. rizki ade dan rizki suami ade. kalau kita pakai persamaan sederhana, seperti 1+1=2. rizki kalian adalah angka 2 itu.
teteh ingin percaya, masalah ekonomi dan finansial bukan halangan bagi seseorang untuk menikah. tapi hey, semua itu tidak serta-merta jatuh dari langit kan? ada komponen ikhtiar kita di sana. 

ketika menikah de,
ada kewajiban suami untuk menafkahi istri. itu hukum mutlak yang nggak bisa ditawar-tawar.
sudahkah calon suami ade merintis jalan ikhtiar itu?
bukan bermaksud jadi matre De....tapi kita nggak bisa menutup mata,
bahwa hidup berumah tangga itu nggak cukup hanya bermodalkan cinta.
banyak pasangan yang awalnya mesra luar biasa, ternyata rumah tangganya berakhir dengan pahit hanya karena masalah finansial.

De,
pada dasarnya teteh nggak anti pada pernikahan di usia muda.
teteh sekedar berbagi cerita dan berbagi pandangan.

De,
pernikahan sudah di depan mata; siap-siap ya....
eits, maksud teteh bukan menyiapkan masalah resepsi. biarlah masalah itu ditangani oleh orang yang lebih ahli :)

tapi lebih kepada persiapan diri.

siap-siap kalo ternyata kehidupan setelah menikah, lebih baik dari yang dibayangkan.
jangan lupa bersyukur...karena manusia itu ternyata lebih lalai bersyukur saat dia diuji oleh kebahagiaan dan kelapangan.

siap-siap juga kalo ternyata kehidupan setelah menikah, tidak sama dengan apa yang ade bayangkan.
tetaplah bersyukur...yakinlah bahwa kita tidak diuji oleh sesuatu yang kita tidak sanggup melaluinya.

De,
teteh tahu, sebagai seorang kakak teteh juga tidak banyak membimbing dan membantu.
apalagi dalam hal ini.....tapi sebagai orang yang lahir duluan, boleh kan teteh sedikit berucap-ucap? ;)
mungkin hanya sekali ini De....dan ini mungkin yang terakhir.
karena setelah hari itu, De,
ade sudah menapaki jalan yang benar-benar berbeda dari jalan ade hari ini.
pada saat itu, mungkin saja ade telah menjadi orang yang lebih dewasa dibanding teteh :)


semoga segalanya berjalan lancar ya De,


doa teteh selalu bersamamu.






0 komentar:

Posting Komentar