Sabtu, 03 September 2011

ありあまる富

bokura ga te ni shiteiru tomi wa mienai yo




siang ini,
saat mp3 saya mengalunkan lagu ariamaru tomi-nya shiina ringo
sebaris kalimat pendek dari lagu itu seketika saja mengena di telinga dan hati saya.

bokura ga te ni shiteiru tomi wa mienai yo
kita tidak dapat melihat kekayaan yang sesungguhnya telah berada dalam genggaman

saya teringat obrolan dengan teman lama saya semalam,
yang intinya adalah terkadang kita tidak menyadari betapa bernilainya seseorang (atau, banyak orang) yang hadir dalam hidup kita.

"orangtua"
"keluarga"
"teman-teman"
"rekan-rekan kerja"
"sahabat"
"kekasih hati"

ketika mereka berada di sisi kita,
kita cenderung beranggapan itu adalah hal yang wajar.

hal-hal kecil (bahkan hal-hal besar) yang mereka lakukan untuk kita,
kita anggap sebagai hal yang wajar mereka lakukan,
karena mereka terikat 'status bawaan' mereka terhadap kita: sebagai orangtua, keluarga, teman, rekan kerja, sahabat, atau kekasih.

teman saya memberikan contoh yang sedikit ekstrim (hehehe)
"kalo gue pusing rempong ngerjain tugas kuliah, wajar dong lu juga ikut pusing...kan lu pacar gue"

tapi setelah itu,
sudahkah kita ucapkan satu kata itu padanya?

atau contoh lain,
saat kita lagi ngerasa down banget, putus cinta, stres dan lain-lain..
ingin curhat, ingin melepas penat. lalu kita menelpon seseorang di ujung sana. meluapkan semua, dan menjadikannya 'tong sampah' pribadi kita.

sudahkan kita ucapkan satu kata itu padanya?

cerita lain dari teman saya,
yang setiap bulan disuruh bayar cicilan ke koperasi kantor oleh orangtuanya. awalnya dia berpikir, "ko gini sih....pake ngutan-ngutang segala sama koperasi"
tapi kemudian dia tahu, dengan utang itulah orangtuanya menyekolahkan dia dan adik-adiknya, bersusah payah mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

sudahkan kita ucapkan satu kata itu pada mereka?


sebuah kata: 

T  E  R  I  M  A   K  A  S  I  H


sering kita lupa mengucap satu kata itu: TERIMA KASIH

mereka,
adalah kekayaan yang sesungguhnya telah berada dalam gengaman tangan kita selama ini.

sudahkah kita berterima kasih atas kekayaan yang kita punya?

gajah di pelupuk mata tak nampak, tapi semut di seberang pulau terlihat

seperti itulah sering kita perlakukan mereka.
hal-hal yang mereka lakukan untuk kita,
we take it for granted.

tapi sebentar saja kita merasa tak lagi diperhatikan oleh mereka,
atau mereka sempat menolak permintaan mereka,
atau kita merasa kecewa pada mereka,

itu akan selalu kita ingat,
bahkan lebih parah, kita kunci dalam hati.

dan kembali kita lupa untuk mengucapkan satu kata itu:
T  E  R  I  M  A   K  A  S  I  H



berterima kasih,
bukan sekedar "saya telah menerima apa yang kamu kasih"
bukan sekedar formalitas "terima kasih atas bantuanmu"

berterima kasih adalah bersyukur atas kekayaan yang DIA simpan dalam genggaman tangan kita.

sudahkan kita bersyukur?

duapuluh jaripun, tak cukup buat menghitung seberapa banyak kekayaan yang ada dalam genggaman tangan kita.
tahukan sesungguhnya DIA bisa dengan mudahnya kembali mengambil kekayaan itu?

karena itu, jangan lupakan sebuah kata itu, kawan...

hari ini,
mari kita masukan sebuah kata itu dalam kamus hidup kita:

T  E  R  I  M  A   K  A  S  I  H

0 komentar:

Posting Komentar