Selasa, 09 Agustus 2011

Jarambah Bandung: Curug Omas

teman saya dari jakarta datang berkunjung :)

"pokoknya mau wisata deh di bandung...kuliner dan jalan-jalan"
pernyataan yang membuat saya -mendadak didaulat jadi guide- bingung meskipun tidak sampai pusing tujuh keliling. 
sebelum jalan-jalan di bandung, baiknya sih tentukan dulu, mau wisata apa;
wisata belanja?
wisata kuliner?
wisata alam?
atau....  (silakan isi dengan hati yang bersih)

eniwei,
setelah saya jemput teman-teman saya di stasiun bandung dan mengisi perut akhirnya diputuskan bahwa mereka ingin wisata alam (hoh?) suatu keputusan yang membuat saya sedikit shock, mengingat ini sudah menjelang tengah hari *garukgaruk*
tapiii...tamu adalah raja, dan manut saja saya saat mereka bilang mau main ke dago pakar; atau nama kerennya 'Taman Hutan Raya Djuanda'

pergilah kami berempat; saya, uwi, ifan dan lala menuju hutan di tengah kota *tsaaaah*

perjalanan dari stasiun menuju dago ditempuh dengan menggunakan angkot, jurusan stasiun-dago (yang menuju arah dago ya, bukan sebaliknya....awas salah naik angkot hehehe). sampailah kami di terminal dago, setelah menghabiskan ongkos sekitar 4000 rupiah -_- mahaaal..
dari terminal ke dago pakar sih sebenarnya ada 3 pilihan:
1. naik angkot jurusan ciburial; tapi angkot ini jarang banget tersedia. ngongkos sekitar 2000 rupiah
2. naik ojek sampe pintu masuk dago pakar, ngongkos 5000rupiah; pilihan paling gampang sekaligus paling mahal
3. jalan kaki sampe dago pakar; pilihan ini tidak dianjurkan kecuali bagi anda yang uda biasa jarambah jalan kamamana, mengingat jarak terminal-dago pakar yang hampir 1 kilometer.

setelah mampir beli minum dan perbekalan di warung terdekat, berbincang, berdebat kusir *lebay* akhirnya kami mencapai mufakat untuk memilih opsi ke 2, yaitu naik ojek sampai pintu masuk dago pakar.

rasa terima kasih yang dalam saya ucapkan pada siapapun penemu mesin sepeda motor :)
jarak yang lumayan jauh dari terminal-dago pakar hanya ditempuh dalam sekejap saja jika menggunakan ojek hehehehe

memasuki kawasan, kami diharuskan membayar tiket masuk sebesar 7500rupiah. jaman saya smp dulu mah, pelatih ekskul saya pintar menemukan jalan rahasia untuk bisa masuk ke kawasan taman hutan raya tanpa membayar...hahahahaha *jangan ditiru*

mulailah kami berjalan-jalan :)


tangga yang menuju gua jepang. percayalah, perempuan berkerudung merah ini bukan penampakan!


entah bagaimana akhirnya diputuskan (nggak tau juga siapa yang memutuskan, hihihihi) kami akan berjalan sampai curug omas, yang berada di maribaya. asal tahu aja, jaraknya ada sekitar 6 kilometer..hueeee....
berlagak sehat, saya pun meng-OK-kan saja (nggak tahunya besoknya betis saya keriting, hahahahaha)
tanpa mampir untuk melihat-lihat gua belanda dan gua jepang.

sesi pemotretan di perjalanan menuju Curug Omas
track menuju curug omas sebenarnya cukup enak, karena sudah disediakan jalan setapak dari paving block (bener nggak sih gini nulisnya?ah biarlah...). tapi sayangnya, jalur yang seharusnya diperuntukkan untuk pejalan kaki atau pengendara sepeda -non motor- ini kerap dilalui oleh kendaraan bermotor, sehingga di beberapa titik paving block-nya ambles dan air pun menggenang -_-
menyesal saya hari ini memakai sepatu putih.....
tapi lebih kasihan lagi teman saya, lala, yang memakai setelah untuk pergi ke mall tapi 'diculik' dan dibawa jalan-jalan ke tengah hutan, hahahaha 
perjalanan dari dago pakar-maribaya (curug omas) ditempuh dalam waktu 2 jam, tapi itu uda termasuk istirahat dua kali dan foto-foto dulu sih hehehehehe

daaaaan....akhirnya pun kami sampai di curug omas.
uwi, si manis jembatan shirotolmustakiim *nyehehehehe*
di curug omas, ada jembatan yang melintas dekat sekali dengan air terjun, sampai-sampai kalau kita lewat di atas jembatan itu, terasa percikan air dari air terjunnya. saya menyebutnya jembatan shirotolmustakiim, hahahaa
jembatan ini sempit, walau pegangan/pagarnya dan rangkanya terbuat dari besi pijakannya terbuat dari kayu...dan nampak mengkhawatirkan pula. 







penampakan Curug Omas dari atas jembatan shirotolmustakiim
ditambah lagi tulisan peringatan yang bertengger di sana: "hanya sanggup menahan beban untuk 5 orang"
membuat jantung saya berdegup lebih kencang daripada ketika saya memimpikan kecengan saya *nggak penting* saat melintasi jembatan itu.

buat yang masih sayang nyawa, ada jembatan satu lagi yang lebih kokoh dan lebih lebar, letaknya agak jauh di bawah jembatan shirotolmustakiim tadi. jadi, dari 'pintu masuk' curug omas itu ada dua jalur, jalur ke kiri menuju jembatan sempit yang berada di dekat air terjun, dan jalur ke kanan menuju jembatan lebar yang letaknya lebih bawah.


penampakan Curug Omas, difoto dari jembatan bawah yang lebih besar
berhubung hari sudah siang menjelang sore, kami tidak bisa berlama-lama di sana.jadi setelah berfoto-foto walau kurang puas, kami kembali pulang. teman saya yang 'korban penculikan' itu akhirnya menyerah, tak kuat menahan derita dan memilih untuk naik ojek saja dari curug omas sampai gua belanda. tadinya, mang ojeknya minta ongkos 20.000rupiah *ajegile* tapi setelah ditawar edun, akhirnya tarif turun sampai 10.000. maafkan kami mang, kami adalah musafir kelana dengan budget minimalis, hihihihi

saya dan dua teman perkasa lain, ifan dan uwi memutuskan pulang dengan berjalan kaki saja. secara ajaib jalur pulang berhasil kami tempuh dengan waktu tempuh 45 menit saja!
(perhatian, banyak faktor harus diperhitungkan disini, antara lain: faktor kebelet, faktor lapar, dan faktor X lain yang secara ajaib dapat menyebabkan akselerasi dalam kecepatan berjalan. tidak berlaku umum, karena syarat dan ketentuan berlaku)

akhirnya,
sampailah kami di ujung penantian. lhoa?? kok penantian?? maksudnya tempat tukang ojek menanti penumpang, yaitu pintu masuk dago pakar yang diperuntukkan bagi pengunjung yang membawa mobil. oh iya, maaf saya lupa menyebutkan, pintu masuk resmi ke kawasan dago pakar ada 3; pintu utama tempat kami check-in *emang hotel...*, pintu untuk pejalan kaki (letaknya beberapa meter sebelum pintu utama), dan pintu untuk pengunjung yang bawa kendaraan pribadi (letaknya beberapa meter setelah pintu utama).

kembali kami menumpang ojek menuju terminal dago,
12 kilometer sudah kami tempuh. cape, haus,.....dan cacing-cacing di perut sudah memainkan orkes.
setelah menemukan angkot jurusan kalapa-dago, kami lempar p***at kami ke dalamnya;
dengan tujuan selanjutnya: The Kiosk Dago!






*emang sih ceritanya jalan-jalan yang hemat ongkos, tapi ujung-ujungnya boros makan gara-gara cape kebanyakan jalan, hahahaha*









0 komentar:

Posting Komentar