Jumat, 05 Agustus 2011

Tolstoy: Seberapa Banyak Tanah yang Kita Butuhkan?

Apakah keinginan tanpa batas merupakan sesuatu yang baik?

Lagi-lagi saya tergoda diskon.
Diskon yang dikasih sama toko buku langganan saya di jalan supratman. 
Jadilah kembali saya menjadi cewek modis-modal diskon- 
Kali ini saya kepincut sama buku tipis kumpulan cerita pendek, yang ditulis oleh Leo Tolstoy. Buku ini diberi judul Tiga Pertapa. Bukunya berisi tiga cerita: "Berapa Banyak Tanah yang Diperlukan Orang?", "Tiga Pertapa", dan "Pengasingan yang Panjang".

Dari ketiga cerita yang ada di buku ini, saya paling suka sama cerita pertama, yaitu "Berapa Banyak Tanah yang Diperlukan Orang?". Secara (super) singkat, cerita ini berkisah tentang seorang petani bernama Pahom, yang tadinya hidup sederhana tapi kemudian tergoda syaitonirrojim (ini bukan bahasa rusia, hehehehe) sehingga kemudian menjadi terobsesi untuk membeli tanah lagi dan lagi dan lagi dan lagi....

Setan pintar menyelinap dalam celah lemah dalam pikiran manusia; lalu tanpa sadar melahap kita dari dalam *syerem...T_T*
bukan melahap dalam arti harafiah, menelan kita bulat-bulat dalam mulutnya, bukan, bukan. Tapi melahap kita dengan memunculkan keinginan tanpa batas. 
Merasa nggak sih, selama kita (kitaaa??lo aja kaleeee ~_~) hidup kita cenderung tak pernah merasa puas, selalu merasa haus untuk hal-hal yang terutama bersifat materi?

Ayo ngakuuuu... :3

Dapet gaji 2 juta sebulan, ngiler denger cerita temen yang gajinya sampe 4 juta sebulan. Akhirnya berhenti kerja dari tempat yang sekarang demi mengejar gaji yang lebih tinggi. Nggak tahunya di tempat yang baru, nggak lebih baik dari tempat yang lama, hahahaha

Punya hape yang sebenernya udah lumayan, tapi berhubung sekarang lagi demam bebe (itutuh, merk hape canggih yang mirip nama buah, huehehehe) jadi latah pengen bebe juga padahal nggak butuh-butuh amat. Udah punya bebe, teman-teman malah ngelirik jenis smartphone yang berlambang apel itu. jadilah celengan kembali pecah demi memboyong si tipis layar sentuh berlambang apel... ;D

Sama halnya seperti saya, silau dengan diskon-diskon jadi beli buku ini padahal di rumah juga masih banyak buku yang udah lama dibeli tapi belum sempet dibaca *hush..curhat!!*

Aaah, jadi ngelantur...sudah, sudah, marilah kita kembali ke jalan yang benar.
Dengan kata lain, cerita "Berapa Banyak Tanah yang Diperlukan Orang?" dengan sukses menampar saya bolak-balik bandung jakarta gratis (emang bisa...)
sesuai dengan quotes di awal tulisan ini,

Apakah keinginan tanpa batas merupakan sesuatu yang baik?

dengan dalih 'untuk alasan yang lebih baik' kita selalu tergoda untuk menginginkan hal-hal yang sebetulnya (mungkin) kita nggak dalam kapasitas untuk menerimanya. Seperti halnya si petani Pahom, yang pada akhirnya berhasil mendapat tanah seluas yang dia inginkan. Tapi, pada akhirnya juga ia tidak bisa menikmatinya. Pada saat nafasnya sudah di ujung tanduk, baru terbersit di pikirannya, "memang, tanah ini luas...tapi apakah Tuhan mengizinkan aku untuk hidup di atas tanah itu?"
dan....pada akhirnya, tanah yang dibutuhkan si petani itu hanya seukuran enam kaki saja, dari kepala sampai ujung kaki. Luas tanah yang dibutuhkannya ternyata hanya seukuran jenazahnya saja. Tragis bukan?

jadi,
apakah keinginan tanpa batas merupakan sesuatu yang baik?
menurut saya, keinginan tanpa batas bukan sesuatu yang baik. 
karena,
apa yang kita inginkan, belum tentu kita butuhkan.

bukan begitu? :)

0 komentar:

Posting Komentar