Selasa, 09 Agustus 2011

Sore Pertama





Sering laki-laki itu melihat, perempuan itu duduk di meja dekat jendela. Sendiri. 
Kadang nulis, kadang ngerokok, kadang cuma bengong menatap nanar ke luar jendela. 
Seringkali, laki-laki itu hanya sekedar melirik saja barang sejenak. 
Namun, kali ini sesuatu dalam hatinya mendorongnya untuk menyapa. 
Setelah mengambil makanan dan membayarnya, ia menghampiri meja dekat jendela.

"Permisi, boleh duduk sini?" tanya laki-laki itu pada perempuan yang duduk di seberangnya. Perempuan itu mendongak sekilas, 

"Silakan".
lalu kembali tunduk, berkutat dengan buku tebal; tampaknya buku catatan, yang terbentang di hadapannya. Di sebelah buku, ada asbak yang penuh abu rokok.

"Makan?" tanya laki-laki itu lagi.
"Silakan, tadi udah" lagi-lagi perempuan itu hanya mendongak sekilas, lalu kembali tunduk. Perempuan itu meraba kantong depan backpacknya, kemudian mengeluarkan sekotak rokok berikut lighter. 

"Rokok?" begitu tawarnya pada laki-laki itu. Sebenarnya, perempuan itu jarang sekali menawarkan rokoknya pada orang lain, terutama orang yang baru ditemuinya.

"Nggak, makasih. Nggak ngerokok"
"Oh...sori...nggak apa-apa kan kalo gue ngerokok?"
"Nggak apa-apa. Kamu yang lebih dulu datang kesini"
"Maksudnya?"
"Sebelum aku datang pun, udah ngerokok kan? tuh, asbaknya sampe penuh gitu. santai aja. kalo masih ingin ngerokok ya nyalain aja. nggak usah sungkan".

Perempuan itu sedikit heran pada laki-laki yang duduk di seberangnya. Biasanya orang lain akan menyatakan keberatan atau terbatuk-batuk penuh arti ketika ia mulai menyalakan rokok, terutama untuk orang yang tidak merokok, seperti laki-laki itu.

"Baru makan jam segini?" perempuan itu bertanya.
"Iya, tadi ada rapat dulu. baru bisa keluar makan sekarang"
"OH" jawab perempuan itu pendek, sambil menghembuskan asap rokok.
"Tiap hari kesini ya? aku perhatiin, kamu sering duduk di sini. Sendirian. Sampe sore..."
"Iyaa..kantin ini cukup nyaman. Kalo udah lewat jam makan, nggak terlalu banyak orang. Pas buat nyari inspirasi.."
"Inspirasi?"
"Buat tulisan gue"
"Nulis? wah...biasanya nulis tentang apa?"
"Ya macem-macem...tentang hidup, tentang orang-orang di sekitar gue.."
"Wah. Keren tuh! Jadi pengamat ya?Kedengerannya asik juga"
"Nggak juga, biasa aja tuh.."
"Lho, terus ngapain sampe sore nongkrong di sini?"
"Karena gue suka.."
"Suka..?"
"Menikmati Kesunyian"

Sejenak hening.
Laki-laki itu tampak mengerutkan kening, terdiam. 
Perempuan itu menatap dengan alis terangkat sebelah, dengan pandangan mata bertanya-tanya. Tetapi, sejurus kemudian tawa laki-laki itu pecah.

"Kenapa ketawa? aneh??"
"Nggak...nggak aneh...UNIK...Orisinil...baru denger tuh kata-kata gitu.."
"Bisa aja lu.."
perempuan itu tertawa pendek


________________________________



Perempuan itu, dan laki-laki itu, tidak saling mengenal sebelumnya. Sore ini, sore pertama bagi keduanya berbincang di kantin, di meja dekat jendela. Namun, kalimat demi kalimat begitu lancar mengalir, seakan keduanya telah lama saling mengenal.


________________________________


Laki-laki itu melirik jam tangannya.
"Wah..gile! udah jam segini...! mesti cepet balik nih!...duluan ya!"
"OK" jawab perempuan itu pendek.
Baru saja beberapa langkah laki-laki itu berjalan, ia berbalik menghampiri perempuan itu. 

"Tiap hari kesini kan?"
"...emang kenapa?" perempuan itu menjawab dengan kening sedikit berkerut.
"Mmmmm.....besok pengen lihat tulisan-tulisan kamu....kalo boleh..."

laki-laki itu sedikit salah tingkah. Menggaruk-garuk kepalanya. 
Perempuan itu menarik sudut bibirnya melihat gelagat laki-laki itu.

"Boleh"
"Bener?! kalo gitu sepakat ya! besok aku tunggu di meja ini ya!"

perempuan itu tak menjawab, hanya tersenyum.

________________________________


Kantin, meja dekat jendela.
Saksi bisu pertemuan-pertemuan mereka. 
Seperti halnya matahari sore yang bersinar lembut, pun awan yang berarak di angkasa sana, yang memandang mereka yang sedang asik berbincang di meja sudut dekat jendela.

0 komentar:

Posting Komentar