Jumat, 05 Agustus 2011

Pak Jendral

Pak Jendral,
begitulah kami, para tetangga, memanggilnya.

Pak Jendral pindah ke rumah ketiga dari ujung jalan. 
Beliau tinggal sendirian disana, suatu hal yang tidak lazim bagi orang seumur beliau. 

Pak Jendral orang yang unik.
awal-awal pindah ke lingkungan kami, beliau suka "iseng" bakar-bakar rumput kering, kayu kering, atau apa saja yang ia temukan saat berjalan-jalan di lapangan belakang rumah. Kegiatan yang membuat kami, para tetangga kebakaran jenggot. 
"Kalau apinya meluas bagaimana?? kalau nanti terjadi kebakaran besar bagaimana??"
begitulah komentar salah satu warga senior, yang tinggal depan rumahku.
Ketika itu, Pak Jendral masih "orang baru" belum akrab dengan tetangga-tetangga lainnya.

tapi, kemudian dengan anehnya kebiasaan bakar-bakaran itu berhenti dengan sendirinya; dan dengan anehnya lagi sejak itupula Pak Jendral mulai akrab dengan para tetangga.

Pak Jendral suka bersepeda keliling komplek. 
Sepeda warna merah muda dengan keranjang di depannya. Suatu hari, sepeda kesayangannya dicuri orang. Konon sepeda itu hilang saat sedang diparkir di depan tukang cukur langganannya.
Tapi, tak lama kemudian Pak Jendral kembali melenggang dengan sepeda kinclong, mountain bike warna merah hitam.
"Waaaah, sepeda baru nih..."
begitu warga senior lain, yang juga tinggal di seberang rumahku, menggodanya kala Pak Jendral lewat mondar-mandir putar-putar jalan rumah kami. Katanya, itu hadiah dari anaknya. Sudah lama anaknya ingin mengganti sepeda butut yang hilang itu, tapi Pak Jendral tidak mau. Nah, kebetulan sepeda itu hilang. Jadilah itu alasan untuk membelikan sepeda baru.

Pak Jendral katanya mantan diplomat,
atau orang yang pernah bekerja di bidang itulah. Beliau tidak pernah cerita detail pada kami, tapi dari obrolan-obrolan ringan kami bisa paham, bahwa beliau dulu pastilah orang penting. Biasa disiplin, biasa rapi dan tertib. Pernah Pak Jendral menolak diajak kumpul-kumpul silaurahim lebaran se-RT, katanya saat itu pakaiannya tidak pantas untuk acara seperti itu.
Pembawaannya yang tegas, posturnya yang masih tegap, dan kebiasaan-kebiasaannya itulah yang membuat kami menjulukinya "Pak Jendral".

Pak Jendral kadang terkesan pikun dan agak-agak "disconnected". 
Tapi, sesungguhnya Pak Jendral perhatian sama tetangga lho. Pernah, suatu hari aku mengatar kue ke rumahnya, "bingkisan" syukuran atas lahirnya adik sepupuku. Di kotak kue, tertulis nama adikku. Ketika aku haturkan kue itu padanya, beliau menunjukkan raut wajah serius, "ini siapa? dari rumah mana? oooh...anak laki-laki ya, nama ini artinya apa?"

Pada suatu hari, 
tiba-tiba saja pintu rumah kami diketuk. Ada seorang perempuan berpakaian seperti suster (baby sitter), turun dari mobil Alphard membawa bungkusan yang lumayan besar. "Ini dari bapak.." cuma begitu dia berkata. Aku buka perhatikan tulisan di atas bungkusan itu,
"Syukuran ulang tahun ke-17 S***** 
(maaf, demi etika nama asli disensor, hehehe)"
aku bingung.
Ketika kemudian aku tanyakan pada ibu, "Siapa nih? sweet seventeen-an"
Ibu bilang, "itu, dari bapak yang rumahnya ketiga dari ujung jalan"

Hahahaha,....ulang tahun ke-17....
Pak Jendral benar-benar unik! :)





0 komentar:

Posting Komentar