Selasa, 28 Juni 2011

Bintang Jatuh

"Hentikan!!" 
kata perempuan itu, 

dan laki-laki itu membalas, 
"Hah? maksud kamu?"
"The girl you've been in love with, isn't around anymore.......
berhentilah mengejar hantu dari masa lalu" 
begitu jawab perempuan itu.


__________________________________________________


Angin bertiup dingin menusuk. Purnama belum penuh bersinar. Bintang-bintang laksana mutiara, putih bersinar di langit biru pekat tiada berawan. Indah. 
Perempuan itu duduk sendiri. Nongkrong sambil mengamati langit. Di benaknya masih terngiang-ngiang kata-kata laki-laki itu, yang tiba-tiba mencegatnya saat berjalan di koridor.

"Kenapa sih kamu selalu menghindar?! kalau kamu emang terganggu dengan adanya aku, seharusnya kamu bilang dari awal! Bukannya ngehindar, ngelupain janji, terus bertingkah seakan kita nggak pernah kenal...
Okelah, kalau masalah yang lain aku bisa coba pahami. Tapi masalah mengingkari janji.....itu nyakitin banget!
Padahal kamu sendiri yang bilang, kepercayaan adalah hal yang utama!
Aku nggak ngerti...kalau emang aku punya salah yang segitu gede sama kamu, bilang.....!"

saat itu , perempuan itu hanya diam, tidak berkata-kata. Menepis tangan laki-laki itu yang mencengkeramnya cukup erat. Memandangnya dengan tatapan tajam, lalu ngeloyor pergi. Tapi penyesalan itu datang malam ini, disaat perempuan itu duduk sendiri menatap langit.


__________________________________________________


Laki-laki itu termenung sendiri. Cantiknya langit yang bertabur bintang tak sanggup kalahkah galau yang berkecamuk di benaknya. Masih terbayang eskpresi wajah perempuan itu. Memikirkan hal itu kembali timbulkan rasa bersalah di hatinya; dan ia gelisah karena tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki semua.
Sekian lama laki-laki itu duduk termenung sendiri, tiba-tiba ia bangkit dan melangkah pergi. Walaupun ia tak tahu pasti, kemana ia menuju.


__________________________________________________


Keduanya terkejut, saling memandang beberapa saat. Keduanya tak menyangka, akan bertemu di tempat ini. Keduanya merasa canggung. 
Laki-laki itu berusaha mencairkan suasana; ia tersenyum sambil berjalan menghampiri perempuan itu. 
"Ngapain malem-malem gini disini? sendirian lagi..."

perempuan itu juga mencoba untuk tersenyum, lalu menjawab,
"Liat bulan...."

laki-laki itu tertawa kecil mendengar jawabnya.

"Boleh duduk sebelah kamu?"
"Sesuka lu lah..."


__________________________________________________


Lama mereka duduk bersebelahan, tanpa ada kata-kata. Suara serangga musim panas bersahutan, seakan menjadi musik pengiring diam mereka. Tiba-tiba saja sekelebat cahaya melintas di langit.
"Eh!....bintang jatuh!"
berbarengan keduanya berkata. Keduanya berpandangan lalu tertawa.

"Tempo hari.... maaf ya. Mungkin aku terlalu lancang berkata seperti itu. Mungkin juga selama ini aku terlalu lancang memasuki hidup kamu dan menerobos area pribadimu, tanpa pernah berpikit kamu mungkin akan terganggu dengan semua tindakanku.."

perempuan itu terpana. Tak dinyana, akan didengarnya kata-kata itu malam ini. Kata-kata seperti berseliweran di pikirannya, tanpa ia mampu untuk melontarkan tanggapan walau hanya sepatah kata saja.


__________________________________________________


"Wah...udah malem nih. Kamu masih lama disini? aku balik duluan ya..." 
lalu laki-laki itu berdiri, berbalik memunggungi perempuan itu dan beranjak meninggalkannya.

Perempuan itu seketika memekik, "TUNGGU..!!"

Laki-laki itu menoleh, dan perempuan itu berlari kecil menghampirinya.
"Gue..juga minta maaf..gue justru berterima kasih, lu hadir dalam hidup gue.."


__________________________________________________


Laki-laki itu masih duduk di belakang kemudi. Dihadapannya hanya terbentang hitam malam, berikut hujan rintik yang menghembuskan dingin. Malam ini, tidak ada bulan purnama bersinar. Pun tiada langit yang bertabur bintang. Di kota ini, kelip lampu kota meraja mengalahkan gemerlap bintang sekalipun. Dan tiada bintang jatuh seperti malam itu.
Sesaat ia teringat pada kata-kata yang tertera pada sobekan kertas; yang ia temukan di atas meja tulis perempuan itu: 

i wonder, are we still the same

no, i guess not

because when the rain falls flow through the gutter
it wipes away all the selves we used to be

Tangan kirinya masih memegang amplop merah jambu itu. Lalu ia meremasnya.
Semoga kamu temukan damaimu. Semoga kamu temukan bahagiamu.
Hanya saja.........aku berharap aku ada di sana.
Bersamamu.

Laki-laki itu menyalakan mobilnya. Melaju menembus gelap malam.

0 komentar:

Posting Komentar