Selasa, 21 Juni 2011

Capitalism: A Love Story



siang ini baru aja selesai nonton film. bukan film baru sih. orang-orang yang suka sama film-film yang berbau 'teori konspirasi' atau film-film dengan isi pemikiran yang lumayan radikal pastinya cukup hafal dengan satu nama: Michael Moore.
ya, film yang saya tonton siang ini, "Capitalism: A Love Story" adalah salah satu film besutannya yang cukup mengguncang publik amerika
jika boleh saya bilang, film ini merupakan tontonan yang 'bergizi'; bukan hanya menghibur tapi juga sanggup membuat otak saya berasa teraduk-aduk :D
ternyata di amerika,
gaji pilot per tahun jauh lebih sedikit daripada gaji manager McDonald's. ada pilot yang bertahan dari kupon makan selama berbulan-bulan karena gajinya ngga cukup buat beli kebutuhan makan sehari-hari; ada juga pilot yang akhirnya 'menumpuk' utang sebesar 10.000 dollar dari kartu kredit, hanya karena dia cuma bisa belanja bulanan pake kartu kredit (alias ngutang...). mending kalo dia jadi berutang segitu banyak gara-gara dia belanja barang mewah apaa gitu (padahal mah nggak ada mendingnya sih ;p ).
ada keluarga yang 'rela' dibayar 1000 dollar untuk membersihkan rumah mereka sendiri (setelah rumah mereka disita oleh bank) supaya bank bisa menjual kembali rumah mereka pada orang lain...padahal rumah itu telah menjadi rumah keluarga mereka selama 40 tahun!
kebayang nggak, udah diusir paksa dari rumah, berasa orang yang ngusir itu bilang, "nih gue kasih duit, lu bersihin deh itu rumah, terus pergi ya!"
siapa punya uang, dialah yang punya kuasa!
film ini membuka satu wawasan, bagaimana sistem perbankan yang berpaham kapitalis ini merusak sendi-sendi kehidupan.
sebetulnya masalah dengan kapitalisme seperti yang diceritakan dalam film ini, bukan cuma terjadi di amerika. di negeri inipun, sesungguhnya masalah yang sama sedang terjadi, tapi sebagian besar dari kita mungkin tidak sadar; ketika yang kaya semakin kaya dan si miskin terus menjadi miskin...seakan semua sudah 'takdir'; memang sudah sewajarnya terjadi seperti itu..(padahal katanya kita punya pancasila?)
bukan,
saya bukan menyarankan anda-anda untuk segera menjadi radikal atau mendadak jadi aktivis sosial dan semacamnya. tapi, satu hal yang saya pelajari setelah menonton film ini adalah,
di luar buaian infotainment dan mendayu-dayunya sinetron atau hingar-bingar musik mainstream yang tiap hari tayang di layar tivi, masih ada dunia lain; dunia yang sesungguhnya sangat dekat dengan diri kita. dunia itu adalah DUNIA NYATA.
masihkah kita terus tutup mata dan tutup telinga?

2 komentar:

nz mengatakan...

jangan lupakan.. masih ada...
DUNIA LAIN :p

si miNyun mengatakan...

aw...yang itu aye kurang demen. syerem *ketawa bantji*

Posting Komentar