Jumat, 24 Juni 2011

Meja Dekat Jendela

Perempuan itu duduk di meja dekat jendela. Sendiri, di kantin yang masih lengang. Seperti biasa, kaki menyilang; kiri di atas kanan. Membisu. Mata menerawang ke balik jendela. Sesekali menghisap rokok yang terselip diantara jemari tangan kanannya, lalu mengepulkan asapnya perlahan, dan dengan gerak lambat kembali menaruh rokok di atas asbak.
"jika saja kita lebih cepat dipertemukan, mungkin aku tidak perlu menyesali masa lalu..."
Lalu perempuan itu menghela nafas, berat. Memejamkan mata. Tangan kiri menopang kepala sementara di jari-jari tangan kanannya masih terselip rokok yang mengepulkan asap.
"apakah masih ada kesempatan kedua?"

Perempuan itu membuka matanya. Melirik pada jam tangan yang melingkar erat di pergelangan tangan kanannya. Sejenak perempuan itu tampak bimbang, namun tak lama kemudian ia berdiri, menyambar backpack di atas meja lalu pergi. Rokok dalam asbak masih mengepulkan asap. Meja dekat jendela menjadi saksi bisu kehadiran perempuan itu; perempuan yang duduk disana, sendiri dan bimbang.

___________________________


Beberapa menit kemudian laki-laki itu datang. Melayangkan pandangan ke seluruh kantin. Namun yang dijumpainya hanya meja dekat jendela. Di atasnya, rokok dalam asbak masih mengepulkan asap, walau setengahnya telah berubah menjadi abu.

0 komentar:

Posting Komentar